Married Idol (chapter 3)


Main Cast: Kim Rumi 23 years old, All Shinee member.


Genre: Romantis, humor, PG 15

Cinta menciptakan “kita” tanpa memusnahkan “saya.”

(BY: Leo Buscaglia)

Sebuah pernikahan yang baik sekurang-kurangnya 80% nasib untung menemukan seorang yang tepat pada waktu yang tepat. Sisanya adalah saling percaya.

(BY: Nanette Newman)


Aku masih memikirkan perkataan Minho walau sudah hampir tiga minggu berlalu. Terlebih sejak saat itu Jinki tak pernah sekalipun pulang. Aku jadi berpikir, apa karena aku? Apa karena ada aku dirumahnya jadi dia tidak pernah pulang lagi? Padahal kata eomonim sebelum menikah dulu paling tidak Jinki ada pulang ke rumah mengunjunginya seminggu sekali sesibuk apapun dia.

Tapi sekarang?

Aku tidak butuh dia menelponku setiap hari! Tidak peduli dia menanyakan keadaanku! Tak ada gunanya jika dia mengkuatirkan ku sementara bertemu dengaku saja tidak mau! Aku berpikir seperti itu tentu saja. Jangan sebut aku arogan karena aku memang ingin dia menemuiku tanpa aku harus mengatakannya!

Ya, dialah yang menginginkanku bersamanya?! Jadi harusnya dia yang bersikap baik padaku. Bukan aku yang harus memulainya. Dan jangan sebut aku egois! Dia yang egois karena selalu menutup telpon dengan mengatakan sibuk setiap kali aku menanyakan kabarnya!

Lagipula yang duluan mengajukan kesepakan itu dia!

Dia yang bilang tidak akan menyentuhku. Jadi karena membuat kesepakan bodoh seperti itu, dia menjadi tidak bahagia dan menghindariku?

Apa aku juga bisa bahagia dengan hidup seperti ini?

Lebih baik aku menjadi fangirl saja yang tidak terikat walau hanya bisa bermimpi dan mengangankan bisa hidup bersamanya. Paling tidak ketika bermimpi tak ada rasa pedih. Ketimbang hidup seperti ini, terikat dan dikecewakan oleh salah satu pujaanku.

Kadang hidup dengan tidak mengetahui kenyataan lebih baik daripada tau dan menjadi tersiksa.

Mengetahui kenyataan kalau dia sama sekali tak bahagia hidup bersamaku.

@@@@@@@

Eomonim memanggilku pagi ini. Menanyakan padaku apakah aku dan Jinki bertengkar. Entah harus menjawab apa selain mengatakan kalau anaknya sangat sibuk sehingga tidak bisa mampir ke rumah walau hanya sebentar saja.

Eomonim terlihat kecewa dengan kesibukan anaknya. Kemudian dia bergumam pada dirinya sendiri, “bagaimana bisa memberikan cucu kalau dia terlalu sibuk seperti itu?”

Aku mendengarnya tapi tetap diam saja. Harusnya eomonim tidak memaksakan keinginannya untuk mendapat cucu. Harusnya eomonim tetap mendukung karir Jinki ketimbang memaksanya menikahiku. Beginilah jadinya karena memaksakan kehendak. Aku yang jadi korban!

“Rumi-ya, bagaimana kalau kau mengunjungi Jinki ke dormnya hari ini?” usul eomonim.

“Aniya, eomonim. Aku akan kerumah ibuku. Aku sudah lama tidak mengunjunginya,” elakku karena sungguh aku tidak ingin ke dorm SHINee lagi walau bisa melihat Taemin disana. Tapi aku sungguh tak mempunyai minat ke tempat itu lagi.

“Ah, ya sudah kalau begitu. Aku akan ke toko sekarang. Sebelum pergi jangan lupa mengunci pintu,” ujar eomonim. Ada gurat kekecewaan diwajahnya.

Tak lama setelah eomonim pergi, akupun juga beranjak menuju rumahku yang sebenarnya. Aku pulang tanpa mengabari ibuku terlebih dahulu karena memang pulang ke rumahku itu keputusan tiba-tiba dariku sebagai alasan agar tidak pergi ke dorm suamiku.

@@@@@@@

Tak ada orang dirumah. Aku lupa kalau ibuku bekerja. Tidak terlalu kecewa juga sih karena paling tidak aku bisa berjalan-jalan sebentar. Sumpek rasanya dirumah saja setiap hari seorang diri.

Dirumah Jinki, aku tak pernah melakukan apapun karena ada ahjumma yang membantu membersihkan rumah dan memasak. Walau dia tidak ikut tinggal bersama kami dan hanya datang disiang hari. Ahjumma itu menolak ku untuk membantunya. Membosankan sekali jika dirumah saja tanpa melakukan apapun, tapi saat aku meminta eomonim agar bisa ikut membantunya di toko pun ditolak. Timbanganku jadi bertambah berat karena tak ada aktifitas yang bisa kulakukan.

Tapi berjalan seorang diripun tidak menyenangkan. Sehingga aku memutuskan untuk kembali kerumah Jinki. Aku berjalan kaki menyusuri kompleks Gangnam setelah turun dari halte bis, seperti biasa selalu melewati SM Building. Aku berhenti sejenak mengamati gedung itu. Berharap ada Jinki keluar dari sana. Tapi nihil.

Saat aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulangku, aku mendengar seseorang memanggil namaku.

“Ruru-onn! Ngapain eonnie disini?” tanya seorang yoeja manis yang sangat ku kenal bernama Kim Seera dan kulihat dia bersama sahabat seperjuangannya Kim Kiyoung.

OH~ aku tidak ingin bertemu mereka! Tapi… sudah terlanjur.

“Eonnie-ya! Kau ingin mengantarkan hadiah untuk Minho juga ya? Tapi kau tak membawa apapun tuh,” seru Kiyoung mengamatiku.

“Hadiah? Untuk Minho?” tanyaku kebingungan.

“Ya! Eonni, kau lupa kalau Choi minho besok ulang tahun? Hah~ inilah efek dua bulan tidak main-main ke forum. Bukannya dia bias keduamu!”ujar Seera lagi diiringi anggukan Ki young.

“Lalu kenapa kalian yang mengantarkan hadiah?” tanyaku tanpa menjawab pertanyaan mereka. Aku bertanya seperti itu karena Minho bukan bias dari mereka berdua.

“Shim Chaesa sakit. Jadi kami yang menggantikannya. Lumayanlah, sapa tau ketemu bias kami, haha~” jawab Seera tertawa bahagia diangguki Ki young yang sangat bersemangat.

Kim Seera, Kim Ki Young dan Shim Chaesa, mereka bertiga adalah rekan sejawatku dalam hal mencintai anak-anak SHINee. Sebetulnya masih ada lagi seorang, Jung Jin Rin. Tapi sekarang dia tak berada di korea, dia Key bias, sekarang dia sedang mengikuti program pertukaran pelajar ke Kanada selama setahun jadinya kami hanya sisa berempat saja.

Kami sering menghabiskan waktu bersama hanya untuk membicarakan SHINee. Bisa dibilang mereka teman baikku diantara para Shawol yang banyak sekali jumlahnya. Ah~ aku jadi merindukan saat-saat dulu saat masih bersama mereka. Menjadi fangirl yang selalu histeris jika membicarakan idolanya.

Tapi mereka sama sekali tak tau jika aku sudah menikah dengan salah satu idola mereka. Aku jadi merasa bersalah. Utamanya pada Ki Young. Dia Onew bias. Dia pasti akan menghajarku jika tau aku sudah menikahi pria yang sangat dia puja. Syukur saja dia tak tau.

@@@@@@@

“Eonnie-ya, kau kemana saja? Setelah bikin pengumuman akan menikah dengan Lee Jinki di fancafe kau tak ada muncul lagi? Bahkan tidak ikut stalking-stalking lagi? Sungguhan sudah menikah?” tanya Ki Young saat kami bertiga duduk di sebuah café kecil yang letaknya tak jauh dari kantor SM.

Aku mengangguk sambil meminum cappucino pesananku.

“Ya! Dengan siapa? Apa beneran dengan pria bernama Lee Jinki? Wah, kasian taeminie, kehilangan salah satu noona-nya,” kekeh seera.

Aku pun mengangguk lagi. Memang itulah kenyataanya. Tapi, tampaknya mereka berpikir aku menikah dengan Jinki yang lain.

“Eonnie chukkae, harusnya kau mengundang kami. Aku jadi penasaran suamimu itu seperti apa…” ujar Seera lagi.

Dalam hati aku menjawab, ‘Ya seperti Jinki lah.. dia kan memang suamiku..’

“Wah, jadi bagaimana? Tidak menjadi Shawol lagi? Berhenti jadi Taemints? Eonni-ya, aku kecewa jika kau berhenti! Kita kan hanya mengidolakan mereka dan memberi dukungan. Sedih sekali rasanya hanya karena menikah jadinya harus berhenti. Kaulihat, banyak Elf yang bahkan sudah punya anak masih tetap mendukung Super Junior. Masa mau kalah dengan mereka sih?” ujar Ki Young panjang.

“Aku tidak berhenti. Hanya saja, belum memikirkan masalah itu,” balasku, kali ini menyeruput cappucino gelas kedua karena yang pertama sudah kuhabiskan.

Ki Young akan angkat bicara lagi tapi dihalangi Seera yang menyuruh kami memperhatikan seorang namja yang baru masuk ke dalam café dan memesan minuman.

“Itu Jjong, ‘kan?” tanya Seera yakin sambil menujuk namja itu.

Yah, tampaknya dia benar. Itu Jonghyung, dia menggunakan Hoodie abu-abu dan menutupkan tudungnya ke kepalanya. Seera memang hebat, sensornya untuk mengenali Jjong sangat kuat karena dia stalker sejati Kim Jonghyun.

“Ah~ pucuk dicinta ulam pun tiba, kita tak perlu menunggu di depan kantor SM sampai malam untuk menyerahkan kado Minho. Bisa menyerahkan lewat Jjong tanpa perlu si manager cerewet itu,” ujar Seera girang seraya bangkit dari kursinya menuju meja Jjong.

Kulihat Ki Young juga mengikuti Seera. Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Aku akan minta tanda tangan. Mumpung dia tak sibuk,” ujarnya sambil memperlihatkan sebuah album padaku. Benar-benar fans yang sigap.

Dilema rasanya, apa aku harus menghampiri Jjong juga? Tapi belum sempat aku berpikir, Jjong memanggilku.

“Ya! Rumi-noona, kau disini?!” panggilnya ramah sambil melayani tanda tangan untuk Seera dan Ki Young.

Kulihat dua yeoja itu terkejut dan menoleh ke arahku. Aku yakin mereka kaget karena tidak menyangka seorang Kim Jonghyun mengenalku.

Karena sudah disapa seperti itu, terpaksa aku mendatanginya.

“Annyeong haseyo, Jonghyun-sshi. Aku tadi kebetulan lewat disekitar sini. Dan mereka teman-temanku.”

“Oh!” kulihat dia mulai paham kondisiku dan sadar kesalahannya karena sudah menyapaku.

“Jangan salah paham,” ujarku kemudian pada yeoja itu. “Aku dan Noona-nya Jjong adalah teman, jadi kami sudah saling mengenal.”

Kulihat kedua yeoja itu mengangguk, entah mereka mempercayai ucapanku atau tidak. Apalagi sebelumnya aku tak pernah bercerita pada mereka kalau aku mengenal Noonanya Jjong. Karena memang aku tak mengenalnya. Tapi mereka mungkin berpikir tak ada yang perlu dicurigai.

Setelah menyerahkan hadiah untuk Minho, kedua yeoja itu berpamitan. Mereka terlihat sangat gembira. Terutama Seera. Harapannya untuk bertemu Jonghyun terwujud.

@@@@@@@@

“Noona, mianhe tadi aku keceplosan menyapamu dihadapan teman-teman sesama shawolmu,” ucap Jonghyun terlihat sangat menyesal.

“Gwenchana Jjong-sshi,” sahutku. “Hm~ apa kau sibuk? Aku akan mentraktirmu. Kita tak pernah berbincang lama, ‘kan?”

“OK, kita memang tak pernah bebincang. Kebetulan aku sedang beristirahat. Hm~ tapi ada apa memangnya?”

Syukur saja café ini sepi, jadi aku bisa dengan leluasa berbicara dengannya tanpa kuatir ada yang menguping.

“Apa Hyung mu sangat sibuk?” tanyaku.

“Ah~ tentu saja! Kami sibuk mempersiapkan konser kami. Melelahkan sekali tapi menyenangkan. Noona, kupikir kau sangat tau tentang kesibukan kami. Bukannya Hyung mengabarimu setiap hari? Kami selalu memperhatikan hubungan kalian, jadi jangan heran,…” jawabnya sambil tersenyum lebar.

“Apa dia baik-baik saja?”

“Hum..uh,…” angguknya, dia menikmati sekali minumannya. Kemudian dia melanjutkan, “…Noona terlihat cemas sekali, bagaimana kalau mengecek sendiri keadaan Onew-hyung? Ayo ikut aku ke kantor! Kami sedang berlatih koreografi untuk konser. Dia pasti akan senang sekali jika noona mengunjunginya, bagaimana?”

“Aniya.., gomawo sudah mengajak ku tapi.. aku sudah bilang pada eomonim tidak akan pergi lama. Aku akan langsung pulang setelah ini.”

“Sungguhan tak mau?” tanyanya tak percaya.

“Ne, jangan bilang pada Jinki kalau aku menanyakannya. Lebih baik tak usah mengatakan juga kalau kau bertemu denganku. Baiklah, aku pergi dahulu. Annyeong!”

Aku berjalan cepat meninggalkan café itu. Argh~ kenapa aku seperti ini. Harusnya kuterima saja ajakan Jonghyun tadi, tapi aku malah menolaknya. Bukankah aku sangat ingin bertemu dengan Jinki? Ani.. ani.. aku tak ingin bertemu dengannya sebelum dia yang mendatangiku. Ah~ tapi aku menyesal sekali.

Saat sudah sampai rumah, aku baru sadar kalau tadi aku tak membayar minuman Jjong. Argh~ Rumi baboya! Bukannya tadi aku yang bilang akan mentraktirnya? Ottokhae? Ahh~ Jonghyun jeongmal mianhe. Aku lupa~

@@@@@@@

Setelah makan malam bersama eomonim dan abonim, seperti biasa aku mengurung diriku dikamar. Benar-benar membosankan dirumah ini. Sepi sekali. Pantas saja eomonim sangat mengidamkan cucu. Rumah ini terlalu sepi. Aku jadi teringat rumahku jika seperti ini.

Aku dan orang tuaku juga hidup bertiga saja di apartemen kami, tapi rumahku tak sesepi ini. Ayahku walau kuno sangat suka bercanda dan sering mengajak ku bermain kartu jika tak sibuk. Lagipula di rumahku tak ada yang membantu pekerjaan rumah jadinya kamilah yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Berbeda sekali disini. Aku bahkan sudah tidur sebelum pukul sembilan malam. Gimana aku tidak tambah gemuk jadinya.

Aku terbangun karena Hp ku berbunyi. Pukul sebelas malam. Siapa yang menelponku? Omo~ panggilan dari Jinki! Ah~ kenapa baru sekarang menelpon? Biasanya setelah makan malam dia sudah menelponku.

Dengan malas dan diiringi rasa kantuk yang kuat aku menjawab panggilannya, “yeobo~ kenapa menelpon malam sekali?”

Kudengar dia tertawa disebrang sana. Huh~ berniat mengerjaiku rupanya. Tumben.

“Kalau hanya tertawa saja, kututup telponnya! Aku ngantuk!” sahutku ketus.

“Yeobo-ya… jangan ditutup dulu!” cegahnya. “Kau bisa keluar malam ini?”

“Mwo? untuk apa?”

“Ah~ pokoknya kutunggu kau di taman dekat kantor SM. Cepatlah bersiap-siap!” ujarnya kemudian menutup telponnya.

Hah? Membingungkan sekali! Tapi, bukankah tadi dia mengajak ku untuk bertemu? Ottokhae.. ottokhae.. tenang Rumi jangan panik. Aku berusaha menenangkan diri. Ah~ tapi aku jadi senang sekali.

@@@@@@@

Aku sudah sampai ditaman yang Jinki suruh. Tapi aku tak melihatnya. Jangan bilang dia mengerjaiku! Padahal aku sangat bersemangat untuk bertemu denganya.

Tapi, tidak… rupanya dia serius. Dia mendatangiku! Saat aku melihat dia langsung setelah tiga minggu tak berjumpa, aku merasa sangat bahagia. Aku sangat merindukannya. Saat dia semakin dekat denganku, jantungku berdegup kencang tak karuan. Tak pernah seperti ini sebelumnya.

Apakah ini tandanya aku sudah mulai mencintainya?

Dia memelukku dan aku membalas pelukannya tak kalah erat. Akhirnya, aku bisa merasakan lagi kehangatan tubuhnya. Nafas ku jadi sesak rasanya. Aku sangat bahagia.

“Yeobo, kau merindukan ku?” tanyanya yang membuat kupingku panas karena malu.

Ah~ cuaca musim dingin jadi tak terasa dingin karena perasaanku yang meluap-luap ini.

“Ne.. neoumu neoumu bogoshipo,” bisik ku berharap hanya dia yang bisa mendengarku.

“Kalau begitu kenapa tak menemuiku tadi pagi? Atau mengajak ku bertemu sebelumnya. Kau gengsian sekali ya,” ujarnya diiringi tawa.

“Aku sudah bilang pada Jonghyun agar tak mengatakan kalau tadi bertemu denganku. Apa dia yang bilang?” sahutku sembari melepaskan pelukan, tapi dia tidak mau dan tetap mempertahankanku di dalam dekapannya syukur saja taman ini sudah sepi. Malu rasanya jika ada yang melihat kami seperti ini.

“Itu balasan karena kau membohonginya. Kau tidak mentraktirnya tadi.”

“Ah~ itu karena aku lupa! Daripada itu, mengapa mengajak ku bertemu disini? Kenapa tak pulang saja?”

“Ah~ bukannya seperti ini romantis?” ujarnya masih tertawa. “Sebenarnya aku ingin mengajakmu untuk pesta kejutan ulang tahun Minho. Kau mau ikut, ‘kan?”

Aku melepaskan pelukan Jinki lagi dan dia juga melakukan hal yang sama. Dia menatapku meminta jawaban segera.

Sebenarnya aku tidak ingin. Kupikir Jinki menemuiku hanya karena merindukan ku. Rupanya ada alasan lain. Aku hanya ingin bersama Jinki saat ini. Aku masih kesal dengan Minho itu juga menjadi alasan mengapa aku enggan untuk ikut di pesta kejutannya.

“Apa tidak akan ada banyak orang?” tanyaku.

“Tentu saja. Hanya manager dan member SHINee. Kami akan merayakannya di dorm. Minho sudah pulang terlebih dahulu. Dia tidak akan menyangka kalau kami akan mengerjainya lagi!”

“Memangnya tadi sudah?”

“Yup. Sukses besar. Tadi kami berpesta bersama SM family. Kami mengerjainya. Dan ini akan menjadi pesta kedua. Pesta SHINee family. Kau harus ikut,” ujarnya bersemangat sekali.

Saat melihat senyumnya, aku merasa sangat bahagia. Tak ada alasan untuk menolak permintaannya ini. Aku pun mengikutinya ke dorm SHINee dimana pesta kedua akan berlangsung. Dulu, bermimpi pun aku tak berani bisa merayakan pesta bersama mereka. Tapi, sekarang aku akan bersenang-senang bersama mereka.

@@@@@@@

Aku bertugas membawa kue ulang tahun untuk pesta kejutan ini. Kulihat Taemin dan Key bersemangat sekali. Tapi mereka tak berani berbicara dengan keras karena takut Minho terbangun. Dia kelelahan sekali karena selain sibuk dengan persiapan konser juga masih harus syuting drama. Kami akan membangunkan Minho tepat pukul dua belas malam yang sisa beberapa menit lagi.

Dan detik-detik membahagiakan itu tiba. Tepat pukul dua belas malam, dengan keras Jonghyun dan manager membuka pintu kamar Minho, membuat namja itu terbangun dari tidurnya dengan ekspresi kaget. Tampaknya dia tak menyangka akan diberikan pesta kejutan lagi. Wajahnya yang semula kaget langsung berubah girang. Pesta kejutan sukses.

Dengan penuh semangat dia meniup lilin di atas kue ulang tahun yang kupegang. Aku jadi lupa dengan rasa kesal ku padanya setelah melihat senyum bahagianya.

Bergantian Taemin, Key, Jonghyun, Jinki dan manager memeluk Minho. Benar-benar keluarga yang bahagia, pantas saja Jinki bisa betah bersama mereka.

“Rumi-noona. Gomawoyo sudah meluangkan waktu untuk pesta ini,” ujarnya sambil menyerahkan potongan kue yang pertama untukku yang membuatku tentu saja, sangat terkejut dan juga senang.

“Ah.. justru aku yang harusnya berterima kasih…, Saengil Chukkae Minho-sshi,” sahutku sembari menerima kue pemberiannya.

“Rumi-noona mendapatkan keistimewaan karena sekarang sudah masuk dalam keluarga kami. Selamat datang noona!” seru Taemin riang.

Dia akan memeluk ku tapi ditarik Key untuk kembali ke tempat duduknya yang semula. Kulihat wajah cemberutnya karena dihalangi oleh Key.

“Ya! Taeminie, jangan pasang wajah jelek begitu. Kalau kau memeluk Rumi-noona, Onew-hyung akan membunuhmu. Jadi diam saja disini!” bentak Key ketika melihat ekspresi protes Taemin.

Aku tertawa saja melihat tingkah mereka. Seperti yang kuharapkan, tingkah Taemin memang imut sekali. Aku sangat menyukai semua keimutannya itu.

Tiba-tiba saja Jinki menarik tanganku untuk ikut bangkit bersamanya.

“Aku akan mengantarkannya pulang dulu,”ujar Jinki pada yang lain. Oh~ rupanya dia akan mengantarku pulang. Kupikir dia marah.

“Tuh kan, kubilang apa… Onew-hyung marah karena Taemin mau mendekati istrinya…” ujar Key dengan gaya berbisik ketelinga Jonghyun tapi dengan suara yang keras. Dan kemudian dia dan Jjong pun tertawa geli, diikuti tentunya dengan gelak tawa dari Taemin sementara Minho hanya senyum-senyum saja. Dia kelihatan lelah sekali.

“Ya, Onew… dia menginap disini juga tak apa. Kami yang akan menginap diluar,” ujar Manager jelas sekali dia sedang bercanda sekarang.

“Andwee… aku tak mau menginap diluar. Biar kan saja mereka berdua pergi?” sahut Key.

“Kami pergi dulu, jangan menunggu ku ya… tidur saja kalian duluan,” pamit Jinki. Aku hanya membungkuk memberikan salam sebelum pergi. Dan mereka semua membalas kami dengan siulan-siulan aneh. Memalukan sekali rasanya tapi juga sangat gembira.

@@@@@@@

“Yeobo.. sebelumnya kita mampir ke mini market itu dulu ya, aku ingin membuat sup rumput laut untuk Minho besok,” seruku sambil menunjuk mini market 24 jam pada Jinki saat kami dimobil dalam perjalan pulang kerumahnya.

“Okey…” sahutnya sambil memelankan laju mobil yang kami tumpangi kemudian menghentikannya didepan mini market.

“Aku tak akan lama… kau disini saja!” seruku lagi dan diapun menurut untuk tetap diam didalam mobil.

Aku memang tak berlama-lama di dalam mini market. Setelah semua bahan yang kucari untuk membuat sup rumput laut kutemukan, aku bergegas kembali ke mobil. Aku takut dia kelamaan menungguku. Lagipula sudah pukul setengah dua pagi sekarang. Kasian Jinki tampaknya belum ada beristirahat sedari tadi.

“Sekarang kita pulang… kau pasti lelah sekali kan, yeobo?!” kataku saat sudah masuk ke mobil.

“Aniya.. aku sudah terbiasa seperti ini. Lagipula, kita tak akan langsung pulang kok,” sahut Jinki yang membuat ku keheranan.

“Ya, ini sudah jam berapa? Kau harus beristirahat. Memangnya kau akan mengajak ku kemana sih?”

“Tenanglah.. tempat ini sangat menyenangkan,” ujarnya dangan senyum khasnya.

Ah~ kemana dia akan mengajak ku pergi? Jangan bilang dia akan mengajak ku clubbing. Aish~ setauku itu bukan wataknya. Dia tidak suka ke diskotik. Lagipula memang itu tak sesuai dengan image-nya yang polos.

Akhirnya kami sampai ditempat yang dia maksud. Huh~ syukurlah dugaan ku tepat. Dia tidak mengajak ku ke diskotik tapi ke sebuah taman yang terletak dipuncak.

Aku dulu pernah ke tempat ini dengan teman-teman sekolahku. Dari tempat ini hampir seluruh kota terlihat, sangat indah jika di sore hari karena kita bisa melihat matahari tenggelam yang sangat menakjubkan. Tapi aku tak menyangka ternyata pemandangan dimalam hari juga tak kalah menakjubkan. Terlebih di langit awal musim dingin dimana semua bintang dapat terlihat dengan jelas.

“Keren, ‘kan?” ujarnya bangga saat melihat wajah takjub ku.

‘Tentu saja! Gomawo sudah mengajak ku kemari,” sahutku sambil mengalungkan tangan ku dilengannya.

“Yeobo.. kau terlalu merindukan ku ya?” tanya Jinki sambil merangkulku.

Entah darimana sisi agresifku muncul. Bukannya menyahutnya, aku malah langsung memberikan kecupan di bibirnya. Kurasa dengan itu saja dia bisa tau kalau aku sangat-sangat merindukannya.

Dia kaget dengan ciuman kilatku padanya. Setelah bebarapa saat menertawakan tingkahku, dia pun melakukan hal yang sama untuk ku. Tapi bukan sekadar kecupan.. tapi ciuman yang sangat panas. Ah~ aku bingung harus menggambarkan seperti apa cara dia menciumku. Yang jelas, ciumannya membuat nafas ku sesak tapi tidak ingin melepaskannya.

@@@@@@@

“Yeobo… kau sudah jatuh cinta padaku, ‘kan?” ujarnya penuh selidik setelah kami melepaskan diri dari ciuman panjang kami.

“Ah~ Jinki-ya.. setelah ciuman tadi kau masih saja menanyakan perasaaan ku! Ne.. sarangheyoo.. neoman neoman saranghae yeongwontorok, puas?!” sahutku sambil menahan rasa malu.

“Ne.. ne.. araseo. Aku juga kok, aku sangat merindukanmu. Sayangnya aku sangat sibuk. Tapi aku selalu memikirkanmu,” kata Jinki dengan wajah sangat puas.

“Yeobo…,” panggilku padanya lagi.

“Hm,..?”

“Kau bahagia, ‘kan?”

“Tentu saja!”

“Benar-benar bahagia dengan pernikahan ini? Sungguh sekalipun tak pernah menyesalinya? Sekalipun kau sudah tau watak ku yang sangat buruk ini? Terlebih aku lebih tua darimu… aku wanita yang dipilihkan oleh ibumu, sekalipun aku bisa saja menjadi salah satu penyebab kehancuran karirmu nanti… sekalipun.. a-aku belum pernah melayanimu.. apa kau sungguhan bahagia dengan ini?”

Dia menghela nafas panjang dan menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar banyak pertanyaan dariku.

“Aku yakin setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing jadi aku bisa memaklumi sifatmu yang menurutku yeah.. agak kekanak-kanakan walau pada kenyataanya kau lebih tua dariku.. seharusnya memang kau yang semestinya lebih bijak dariku. Sebelumnya aku juga tak pernah memikirkan akan memiliki pacar atau akan menikah pada usia berapa jadi saat ibuku mengaturkan perjodohan untuk ku.. yah aku menerimanya..ibuku itu tidak pernah salah menilai orang. Buktinya aku bisa menyukaimu… jadi seperti yang kukatakan dihari pertama pernikahan kita.. aku tak pernah menyesali pernikahan ini,” Jelasnya panjang.

“Jadi.. kau sungguhan bahagia, kan?”

“Ne.. yeobo… bagaimana mungkin aku tidak bahagia? Aku hidup dikelilingi orang-orang yang kusayangi dan sangat kucintai. Ini adalah saat-saat paling membahagiakan dalam hidupku,” katanya meyakinkan ku.

Aku memeluknya setelah dia mengatakan itu. Ah~ kegalauanku selama tiga minggu ini ternyata percuma. Apa yang dikatakan Minho tak benar. Seharusnya aku tak memikirkan kata-katanya saat itu.

“Yeobo.. kita pulak yuk.. aku lelah sekali,” ajak ku.

“OK… ayuk kita pulang! Ah.. aku juga sangat lelah, seharian tak beristirahat,” sahut Jinki sambil memukul-mukul bahunya dengan tangan kirinya.

“Nah Lho? Sudah tau lelah tapi masih mengajak ku kesini.”

“Ah~ anggap saja kita kencan. Kan belum pernah tuh, lagipula… kau senang juga kan?” ujarnya sambil mengedip-ngedipkan matanya.

“Ya.. yeobo-ya!!!” sahutku nyaring, jadi ini kencan pertama kami… kyaa~ harusnya aku sadar.

“Sstt.. jangan ribut! Kau bisa menyetir? Aku mengantuk sekali,” tanya Jinki.

“Tentu saja… aku punya sim C !” sahutku bangga.

”Hah? Sim C? itu untuk motor… yeobo… kau…” dia tak jadi melanjutkan perkataannya karena aku menatapnya sangat tajam. “…arasseo.. arasseo.. aku bisa menyetir kok sampai rumah. Tenang saja!”

Yeah.. kami pun pulang dengan selamat sampai rumah, walaupun Jinki seringkali menguap saat menyetir dan beberapa kali membuat jantungku harus senam di dini hari karena ketakutan dengan cara mengemudinya. Tapi sungguh, tadi adalah saat yang sangat menyenangkan untukku. Semoga saja kami bisa terus seperti tadi. Bisa tertawa bersama dan menikmati kebahagian.

~TO Be ConTinUed~

33 pemikiran pada “Married Idol (chapter 3)

  1. awwwwwwwwww
    akhirnya masalah yg satu selesai…
    dihh rumi gengsian amat sih *digetok authornya* hahaha
    well, kencan dini hari di bukit, sepertinya menyenangkan ya? hmmm patut dicoba *?*

  2. bagus mit… aku suka hubungan mereka yg berusaha utk saling mencintai…
    kira2 bakal ada masalah apa buat mereka ya?? 😛

    quotation-nya keren2, mit… like this… ^_^

  3. Ping balik: Tweets that mention Married Idol (chapter 3) « ♥~ OnMitHee ~ ♥ -- Topsy.com

  4. onn lama ya ==”

    cie yang udah cinta selamat
    waktunya membahagiakan omonim appamin kakenim dan nenekmin #bikincucu buahahahaha XD

    belom konflik ya onn hhe
    berarti postan selanjutnya jangan lama2 ya

  5. wah… ada nama saya nampang… hoho.. gomawo.. gomawo..

    ohh.. brarti biar tambah cinta harus jarang2 ketemu ya… hahaha… onew.. onew… kasihan tuh binimu sendirian di rumah… suruh bantuin ngurus dorm aja biar gak kesepian… hehe..

    key,, merusak keinginan taemin aja.. padahal rumi pengen tuh dipeluk taemin.. hohoho…

    lanjut.. lanjut… 😀

  6. uwoo….suka~
    beruntung nemu ini ff.keke..
    onew romantis,wkwk
    mino rese’ jgn-jgn suka rumi *sok tau*

    annyeong Author, salam kenal ya,

  7. demi apaa!!!!! Onew jaad ya keterlaluan,,, gk cinta sm Rumi, tpi blg syg ke Rumi!! GEREGETAN SUMPAH!!!! Taemin kembali jdi imut hehehe…. tem,,, sm aku aja yaa.,..
    ijin baca chap 4 thorr

Tinggalkan Balasan ke Sj_rara Batalkan balasan