Married Idol (chapter 8)


 

Title : Married Idol

Author : Onmithee

Main Cast  : Kim Rumi, All Shinee member

Genre : Romance, Friendship

Rating : PG-15

Kesulitan dengan perkawinan adalah bahwa kita jatuh cinta dengan kepribadian, tetapi harus hidup dengan karakter. Peter De Vries

STORY

Aku bangun dengan mata bengkak menghiasi wajahku. Aku menangis sesampainya dirumah semalam. Tapi aku masih tak mengerti apa yang sebenarnya kutangisi.

Karena Perceraianku?

Karena Jinki tak memilihku?

Karena kebodohanku yang terlalu mempertahankan egoku?

Atau karena menyesal telah memaksa Jinki membuat pilihan?

Aku sangat tak mengerti, tak mengerti dengan segala hal yang telah kulakukan. Yang ada diingatanku kini hanya wajah Jinki yang menangis.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Mendatangi Jinki dan berlutut dikakinya agar kami bisa bersama kembali… hah, aku benar-benar hina jika melakukan hal itu.

Kim Rumi babo! Aku merutuk diriku, bahkan aku tak bisa memikirkan langkah apa yang kulakukan setelah berpisah dengan Jinki. Aku bodoh.. tak pernah berpikir panjang dalam melakukan segala sesuatu.

@@@@@@@

Siangnya, aku mendapati orang tua Jinki duduk di sofa ruang tamu rumahku. Aku tahu, rupanya Jinki sudah membicarakan masalah perpisahan kami pada orang tuanya, sehingga mereka ada disini.

“Rumi-ya… apa yang dikatakan Jinki tak benar,’kan? Kalian tak sungguhan ingin berpisah..?” tanya eomonim sambil menyapu air matanya dengan tisu.

Eomma yang sedang tidak bekerja hari ini dan duduk menghadapi orang tua Jinki, memandangku tajam. Aku bisa merasakan amarahnya, tapi aku tak peduli dan tetap duduk disampingnya. Berhadapan dengan tamu kami.

“Eomonim… aku dan Jinki memang sudah memutuskan berpisah… aku rasa karena pernikahan kami belum disahkan oleh negara sehingga urusannya tidak akan terlalu rumit..” jawabku.

“Bukan itu masalahnya Rumi… tapi, apa kau bersungguh-sungguh? Itu bukan hanya karena kalian terbawa emosi, ‘kan? Kalian harus memikirkan ini lebih serius…”

“Keputusanku sudah bulat eomonim… lagipula dengan semua yang telah terjadi.. aku sudah tak sanggup bersama dengan anakmu lagi…” kataku menahan isakan.

“Yaa… memang apa salah anakku hingga kau sudah tak mau bersamanya lagi? Jinki bahkan tak menceritakan alasannya… lalu kau juga! Kumohon beritahu kami, kenapa kau ingin bercerai? Paling tidak kami bisa membantu mencarikan solusi dan kalian tidak jadi berpisah…” eomonim terus mendesakku.

“Karena aku ingin diakui sebagai Istrinya!” sahutku membuat eomonim terbelalak dan memandang suaminya yang juga ikut terkejut.

Aku dapat mendengar isakan tertahan dari eomma, tapi aku tak peduli dan melanjutkan, “Lagipula.. apa kalian tidak merasa? kalian juga menyakitiku! Saat berita pernikahan Jinki menyebar.. eomonim malah menyuruhku pergi dari rumah. Aku merasa terabaikan. Aku selama ini tak pernah mengeluh, walau Jinki jarang bersamaku… aku bahkan sempat berpikir, inikah pernikahan? Suamiku lebih banyak datang hanya untuk menyentuhku.. meminta dilayani sementara kami jarang bertukar pikiran. Aku tak mau hidup dengannya hanya karena seks saja. Aku ingin dia seutuhnya.. sebenarnya aku sungkan mengatakan ini.. tapi karena kalian meminta alasan aku membeberkannya.”

“Tapi.. Rumi-ya, pada waktunya nanti kalian akan bisa menjalani hidup berumah tangga seperti orang lain. Aku mengerti, kau ingin Jinki lebih banyak menghabiskan waktunya denganmu dan semua orang tau tentang hubungan kalian.. itu semua akan terjadi.. percayalah dan bersabar.. kalian tak perlu berpisah hanya karena masalah itu..” eomonim masih membujukku.

Aku menggeleng menjawab pernyataan eomonim, “A-ku tak bisa menunggu sampai saat itu tiba… kumohon, maafkan aku yang tidak bisa menjadi menantu yang baik.. tak memberikan kalian cucu dan terlalu keras kepala.. aku berharap kelak kalian akan mendapatkan menantu yang sangat baik, yang sabar dan tak menuntut…yang jelas tak seperti aku.. aku sangat berterima kasih dengan kebaikan kalian selama ini, aku menyesal tak bisa lebih membahagiakan kalian…”

Wanita itu mulai menangis.. sementara sang suami mengelus pundaknya.. menenangkannya…walau percuma. Aku lalu memandang ibuku yang menunduk. Dia sama sekali tak mau ikut bicara, yah, dia pasti berpikir, percuma ikut campur mengingat watak ku yang keras tak bisa dihentikan. Lagipula dia sudah berkata kemarin, kalau dia sudah tak mau peduli dengan keputusanku.

Pria itu… ayah Jinki, kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, sebuah buku tabungan dan stempel.

“Mungkin aku tidak menjadi ayah mertua yang baik untukmu.. kita jarang berbincang… dan aku tau kau pasti sangat kesepian, selalu seorang diri di rumah sepanjang waktu sedangkan kami sibuk dengan pekerjaan kami… tapi kami sangat menyayangimu… menganggapmu putri kami, terima kasih sudah menjadi bagian dari keluarga kami selama hampir 7 bulan ini… walaupun kau dan Jinki berpisah, kau tetap kami anggap putri kami… kuharap kau mau menerima ini, mungkin tak seberapa… tapi kuharap bisa berguna untukmu..” kata abonim menyerahkan buku tabungan dan stempel itu.

“Abonim.. aku tak bisa menerima ini…”

“..Terimalah… sebagai permintaan maaf kami…” katanya, “ Seharusnya Jinki juga kemari.. tapi karena kesibukannya, dia tak bisa menyerahkanmu kembali pada orang tuamu.. kami memohon maaf sebesar-besarnya, harusnya ini tak terjadi.. tapi ini mungkin takdir, kami sebagai orang tua masih mengharapkan agar kalian bisa bersama.. tapi, kami tak bisa terlalu jauh mencampuri hidup kalian, kalian sudah dewasa dan sudah dapat memutuskan..”

“Ne… aku mengerti..”sahutku.

“Jinki bilang, dia akan menyantunimu.. sampai kau menemukan pasangan hidup baru mu kelak..” ucapan eomonim membuatku terkejut.

“Jangan.. aku tak bisa menerimanya. Katakan padanya kalau aku menolak!” seruku.

“Rumi-ya.. uang itu hak mu! Kalau kau ingin menolaknya, katakan langsung pada Jinki,” sahut abonim. “ Baiklah.. kami sudah menyampaikan semuanya… kuharap walau kau dan Jinki berpisah bukan berarti kalian berubah menjadi musuh.” Kemudian abonim menghampiriku, memberikan pelukan, “Kau tetap ku anggap sebagai anak, Rumi-ya.. jangan sungkan-sungkan menghubungi kami jika kau ada masalah.”

Eomonim pun melakukan hal yang sama padaku sebelum dia pulang. Memelukku dan mengatakan hal yang sama, kemudian ketika dia memeluk eomma, dia kembali menangis.

Sementara aku memandangi buku tabungan itu.. tak berani menyentuhnya. Inikah harga dari perceraianku…untuk mengurangi rasa sakit dan penyesalan ditutupi dengan uang. Tapi apakah rasa sakit itu dapat sembuh begitu saja?

@@@@@@@

Setelah orang tua Jinki pergi, aku kembali ke kamarku. Melanjutkan kegiatan yang kulakukan sebelum mereka datang. Membereskan kamar.

Sudah tak ada lagi poster SHINee yang menempeli dinding kamarku. Aku mencabutnya dan juga membereskan semua barang tentang mereka yang ku miliki. Memasukkan semuanya semacam ligthstick, semua koleksi album, pictorial book ke dalam kardus untuk kubuang.

Aku sudah benar-benar berhenti menjadi fangirl. Aku sadar, aku melakukan itu karena rasa sakit hatiku. Jinki lebih memilih SHINee dibanding diriku. Yah.. mana mungkin dia memilihku yang bukan siapa-siapa dan justru menjadi penghambatnya. Dan aku melampiaskan amarahku kepada mereka. Mereka yang dulunya sangat kupuja.

Setelah membereskan semuanya, aku mengirimi Jinki email. Mengajaknya bertemu untuk menolak santunan yang akan diberikannya sekaligus mengembalikan kalung pemberiannya.

Dia membalas pesanku dan mengajak bertemu di taman dekat SM buliding satu jam lagi. Aku dengan cepat bersiap-siap. Melepaskan kalung pemberiannya dan menyimpan di kotak perhiasan kecil lalu menaruhnya kedalam tas selempangku.

Aku turun dari apartemen dengan membawa kardus yang berisi barang-barang tentang SHINee yang sudah ku kumpulkan selama 3 tahun ini. lalu meletakannya ke tempat pembuangan sampah.. tanpa rasa menyesal sedikitpun.

Ya.. untuk apa menyesal.. karena aku sudah memutuskan untuk membuang semua kenanganku.

Kali ini aku sudah berpikiran bulat.. tak menyesali semua hal yang terjadi kemarin dan menerimanya. Aku sudah siap dengan hidup baruku.

@@@@@@@

Jinki datang terlambat setengah jam dari waktu perjanjian kami. Dia lalu duduk disampingku yang menunggunya di bangku taman.

“Sudah lama menunggu?” tanyanya tanpa memandangku.

“Ne..” sahutku singkat.

“Chewsong hamnida.. tadi aku masih latihan,” katanya formal.

“Gwenchanayo.. “

Kikuk.. itu situasi kami saat ini. kami lebih banyak diam persis seperti saat-saat awal hubungan kami.

Lalu dia berkata, “Ada urusan apa menemuiku?”

“Tadi orang tuamu ke rumahku.. dan mereka bilang, kau akan memberikan santunan untukku. Aku menemuimu karena masalah itu… k-kau tak perlu menyantuni ku. Aku bisa bekerja.. lagipula uang yang orang tuamu berikan padaku sudah sangat banyak. Jadi.. kuharap kau mau mengerti..”

“Yeo.. ah maksudku Rumi-sshi… aku hanya ingin melakukan kewajibanku..” hah, dia ternyata sudah mengubah panggilannya padaku. Benar-benar bersikap formal.

“Kau sudah bukan suamiku.. jadi tak perlu menafkahiku lagi..” ujarku memutus perkataannya.

Dia memandangku, kulihat bibirnya bergetar menahan emosi tapi dia dapat mengendalikan diri, “Baiklah… kalau itu yang kau mau…”

“Lalu..” aku kemudian mengambil kotak yang berisi kalung pemberiannya dan meletakkan kotak itu di tengah-tengah kami, “.. aku mengembalikan ini..”

Dia mengambil kotak itu, membuka isinya dan kulihat wajah terkejutnya ketika mengetahui kotak itu berisi kalung pemberiannya.

“Rumi-sshi.. wae? Aku memberikan ini untukmu.. kenapa malah mengembalikannya?”

“Agar aku bisa melupakanmu.. jika barang itu ada bersamaku.. aku akan sangat sulit melupakanmu…” sahutku.

Dia kemudian mencengkram tubuhku, menatapku, “ Kalau sulit melupakan… kenapa tak kembali saja denganku.. kita mulai lagi dari awal.. aku sangat men..”

Aku menutup kedua telingaku, menggeleng, “ Jangan katakan kalau kau mencintaiku tetapi pada kenyataannya kau tak memilihku..”

“Itu karena kau yang memaksaku..” serunya mengguncang tubuhku.

“Ne.. dan kau sudah memilih… lepaskan aku… kau menyakitiku!” kataku menatapnya tajam.

Dia melepaskanku lalu bangkit dari duduknya sambil menggenggam kalung itu, “Baik.. kalau kau ingin melupakan ku… aku juga akan melakukan hal yang sama..” kemudian dia melempar jauh kalung itu. Membuangnya.

“Selamat tinggal..” ucapnya setelah itu.

Kemudian dia berlari meninggalkanku yang masih menatapnya. Tak mempercayai apa yang sudah dilakukannya.

Aku merasakan dadaku sesak. Sakit sekali … kenapa malah merasa menderita seperti ini? padahal aku sudah bertekad untuk tidak menyesal.

@@@@@@@

Aku berjalan pulang kembali ke apartementku. Melewati tempat pembuangan sampah dan aku melihat.. kardus yang kubuang tadi sudah tak ada.

Aku mencoba memastikan dengan mendekati tempat sampah itu.. tapi kardusku itu tetap tak ada. Padahal sampah yang lain belum di ambil, tapi kardusku sudah tak ada disana.

Hah, ternyata aku memang menyesal.  Aku tak bisa menahan tangisku saat mengetahui benda-benda itu sudah tak bisa kulihat lagi.

Aku lalu teringat dengan kalung yang dibuang Jinki tadi.. entah kenapa aku langsung mencari taksi untuk menuju ke taman itu. Tak memperdulikan langit mendung yang memanyungi langit. Tak peduli tetesan air sudah turun membasahi tanah. Aku sangat ingin mencari kalung itu.

Saat sampai di taman itu, hujan sudah sangat deras. Tak ada seorang pun selain diriku. Tapi aku tak peduli. Aku tetap mencari kalung yang dibuang Jinki itu. Menyusuri setiap jengkal tanahnya, mencari-cari kalungku itu.

Tapi aku tak menemukannya,apa Jinki terlalu jauh melemparnya? Aku pun mencari dengan area lebih luas lagi. Tapi tak kunjung menemukannya.

Aku menangis sejadi-jadinya… ya, aku sangat menyesal.. padahal aku tak ingin menyesal.

Tapi aku tak bisa menahan rasa penyesalanku. Rasa itu memang ada dan tak sanggup kututupi.

Lalu kemudian aku sadar, di taman ini aku tak sendirian. Ada seseorang yang mengamatiku sedari tadi. Menatapku dengan padangan sedih, lalu menariku kedalam pelukannya. Memayungi diriku yang kebasahan.

“Rumi-noona, kau memang yeoja terbodoh yang pernah kukenal..”

@@@@@@@

“Beristirahatlah.. aku akan membuatkan minuman hangat untukmu, hah, tampaknya ibumu tak ada dirumah ya? Kemana dia dihari hujan seperti ini?” ujar Key saat kami sampai dirumahku.

Aku hanya memandangnya, tak menyangka dia bisa berada di taman itu dan aku masih tak habis pikir, kenapa dia bisa berada disana…

“Heyy.. kenapa melamun saja? Cepat ganti pakaianmu.. nanti masuk angin..” serunya padaku.

Aku menuruti perintahnya, masuk ke kamarku, mengganti pakaian. Dan kemudian setelah selesai, aku mendatanginya yang sedang memasak air di dapur.

“Tubuhmu juga basah..” kataku pelan dibelakangnya.

“Ah? Oh ya, tapi tak masalah.. hanya basah sedikit,” sahutnya, tersenyum.

“Key.. aku senang. Kau masih baik padaku.. kupikir kau membenciku..”

“Yaa.. aku sebenarnya kesal padamu. Tapi saat melihatmu keluar dari taksi tadi kemudian berlari ke taman.. aku jadi mencemaskanmu. Ah~ sebetulnya aku tadi mau pulang.. tapi gara-gara kau malah tak jadi.. dasar kau yeoja bo..” aku langsung memeluknya dan menangis, “.. bo-bodoh.”

Key membalas pelukanku, membuatku merasa nyaman. Dia memelukku sangat erat, sampai aku sadar. Dia tidak hanya sedang memelukku tapi juga menciumi leherku. Dengan cepat aku melepaskan diri darinya, aku tak bisa mempercayai apa yang baru saja dia lakukan padaku.

“Ku-kupikir.. kau tulus menjadi sahabatku Key..”

“A-aku .. mianhae. Aku hanya terbawa keadaan..” dia berusaha menjelaskan dan mengelak. Tapi aku menggeleng, aku masih tak menyangka dia bisa berbuat itu padaku.

“Harusnya kau bisa menahan diri.. aku sahabatmu! Walau aku sudah berpisah dengan Jinki bukan berarti kau bisa melakukan itu padaku!” jeritku kembali menangis.

“Tapi bagaimanapun juga… aku seorang namja. Mana mungkin aku bisa menahan diri.. melihatmu yang lemah selalu menangis dan tersakiti.. sekarang aku sadar, kenapa Hyung bisa begitu mencintaimu.. karena perlahan-lahan aku juga merasakan hal yang sama..” dengan menggebu-gebu dia curahkan perasaannya.

“Key.. kumohon berhenti jangan berbicara lagi dan pergi dari rumahku!” ucapku tak dapat menerimanya

“Shiroh!” sahutnya lalu menarik tanganku, “… aku mempunyai begitu banyak sahabat wanita, tapi perasaan ku pada mereka tak seperti padamu, selalu ingin bersamamu, selalu ingin melindungimu, selalu ingin mendengar ceritamu,.. hah, semakin kita dekat aku semakin tidak ingin kau jauh.. aku sendiri bingung dengan perasaanku, aku mencintaimu tapi aku juga ingin kau hidup bahagia dengan Hyung.. ingin melihat kalian bersama. Tapi.. akupun merasa iri saat dia menyentuhmu,.. aku juga ingin bisa melakukan hal yang sama… aku sangat ingin menyentuhmu noona, mencumbumu seperti yang Hyung lakukan, hasratku sangat dalam padamu…”

“Key.. kumohon hentikan..” aku merasa takut dengan perkataannya itu.

Tapi dia masih tak mau berhenti, “Noona.. aku yakin kau juga merasakannya.. kau merasa nyaman ketika bersamaku, aku tau itu!”

Aku menggeleng, “Key.. itu karena kau sahabatku.. hanya kau yang mau mendengar semua ceritaku.. karena hanya kau yang mempercayaiku..”

Dia lalu melepaskan tanganku. Terduduk dilantai dapurku. Lalu berujar, “persahabatan pria dan wanita.. hah, aku merasa sekarang itu hanya omong kosong. Aku begitu menyayangimu hingga melampaui batas.. mengubah rasa sayang terhadap sahabat menjadi rasa cinta, begitu merasakan nyaman saat kau dipelukanku. Begitu ingin melindungi dan tak ingin melihatmu menangis.. hah, aku benar-benar tak bisa menjadi sahabat yang baik untukmu… terlalu larut dalam perasaan sampai-sampai aku menginginkan lebih… mianheyo..”

Aku lalu duduk disampingnya, masih menangis.

“Key.. aku juga sangat menyayangimu lebih dari apapun… kau selalu membantuku, aku juga sadar, aku lebih dekat dan lebih sering berbincang denganmu ketimbang dengan Jinki.. kau orang yang paling dekat denganku saat ini selain eomma…tapi, walau pada kenyataanya kau mencintaiku dan aku merasa sangat nyaman saat bersamamu… bukan berarti aku dapat hidup denganmu.. pernyataan cintamu tadi hanya sia-sia…”

“Andai saja.. aku yang bertemu dan mengenalmu lebih dulu..” sesalnya.

Aku menatapnya, “… tak ada gunanya.. kau atau Jinki yang terlebih dahulu.. tetap saja kita tak berjodoh..”

“Wae? Apa karena kau lebih mencintai Hyung?” dia membalas tatapanku.

“Bukan hanya karena itu… tapi pada kenyataannya karena kau hanya bisa menjadi sahabatku Key.. sedalam apapun perasaan kita.. aku tak mungkin hidup bersamamu, aku akan melakukan kesalahan yang sama seperti aku bersama dengan Jinki. Cinta itu hanya sesaat dan sakitnya tak akan pernah hilang..”

“Ottokhae? Jadi aku harus membunuh perasaan ini? padahal aku bisa saja memilikimu.. kau sudah tak bersama hyung lagi, kau bebas begitu juga aku..” dia mencengkram kedua lenganku, menatapku tak percaya.

Aku menggeleng, “.. kau tak mengerti.?  Aku tak mau hidup bersama dengan orang seperti kau dan Hyungmu lagi..”

Kemudian dia menaruh kepalanya dipundakku, “… k-kau, memang selalu bisa membuat namja yang mencintaimu menangis. Baiklah.. kau lupakan saja pembicaraan kita tadi.. anggap saja tak pernah terjadi..”

“Ne..” sahutku, “ kita lupakan dan kembalilah menjadi sahabat terbaikku… “

“Tapi.. sebelum itu, mau kah kau memenuhi satu permintaanku?” tanyanya .

“Apa?”

“A-aku.. ingin menciummu! Sekali saja.. aku tau ini akan jadi semakin berat. Tapi.. aku sangat menginginkannya.. setelah itu aku tak akan mengganggumu lagi.. kumohon,..”

Aku menunduk, kebingungan sementara aku merasakan dadaku berdebar kencang, sangat gugup. Aku bingung harus menjawab apa, tapi akhirnya aku mengangguk dan dengan cepat dia mendaratkan bibirnya ke bibirku. Memberikan ciuman yang sangat berbeda dengan Jinki berikan selama ini.

Setelah ciumannya berakhir, dia membisikiku, “.. kau boleh melupakan pernyataan cintaku hari ini, melupakan ciumanku.. tapi kumohon.. jangan melupakan kalau ada diriku yang akan selalu siap jika kau membutuhkan ku.” Kemudian dia mengecup kening dan pipiku sambil berkata, “.. saranghae, neouman.. neouman saranghae.. Kim Rumi.. I love u so bad..”

Lalu dia bergegas bangkit seraya menghapus air matanya, tapi kemudian dia dan aku terkejut ketika menyadari kalau kami tak hanya berdua saja di dapur rumahku.

Aku melihat eomma memandangi kami dengan geram. Yah, aku yakin dia melihat semuanya.

“Bukannya sangat tidak pantas, seorang pria merayu seorang wanita yang bahkan belum 24 jam menjadi janda.. terlebih, wanita itu mantan istri dari sahabatmu sendiri,’kan?” Eomma berkata seperti itu pada Key.

Key tak membalas tatapan sengit eomma, dia menunduk “Ne.. aku tau aku salah. Dan aku tak akan mengulanginya lagi.. aku akan pergi! Ahjumma.. Rumi-noona.. annyeong..”

Setelah Key pergi, eomma lalu berkata padaku, “ eomma tak menyangka.. kau bisa berbuat seperti itu, seharusnya kau tidak membiarkan dia menciummu.. “

“Aku sudah dewasa.. eomma tak usah mendikteku lagi..” kataku kemudian berlalu dari eomma tapi dia mencegahku.

“Dewasa dari mana? Kau lebih mirip remaja labil.. semua tindakanmu benar-benar tak dipikirkan secara matang.. kau harus berobat Rumi.. kau harus menemui psikiater.. semua tindakan bodohmu ini bisa membuatmu gila.. dan eomma tak mau itu terjadi… kau harus memulihkan perasaanmu nak…”

“Semuanya tak akan selesai hanya dengan pergi ke psikiater eomma…” jeritku.

Tapi kemudian eomma memelukku, meredakan tangisanku. “Ruru-ya.. eomma hanya ingin kau lebih tenang dan mendapatkan yang terbaik.. eomma mohon, turuti permintaan eomma kali ini..”

@@@@@@@@

Tiga bulan berlalu…

Aku menuruti permintaan eomma. Pergi ke psikiater menceritakan semua masalahku. Menjalani sesi konsultasi, menceritakan segala hal yang tak pernah kuceritakan pada orang lain. Menceritakan semua persoalan yang selalu kupendam dan membuatku mulai membuka pikiran.

Eomma benar, aku memang harus melakukan hal ini. keguguranku 5 bulan lalu menjadi pemicu depresi yang ku alami dan membuat emosi ku menjadi labil.

Semua hal yang kulakukan dan keputusan yang kubuat dikarenakan tekanan mental yang menumpuk. Rasa sedih kehilangan bayi, terlebih harus menjalani setiap sesi pengobatan pasca keguguran seorang diri membuat jiwaku tertekan. Dan terlebih mendapat kabar ada seorang yeoja yang mengharapkan cinta dari suamiku.

Harusnya saat itu, aku lebih terbuka dengan Jinki… supaya dia tau kalau aku tertekan. Agar dia tau, kalau aku sangat ingin dia selalu berada disampingku.

Tapi sayangnya aku hanya diam. Tak pernah mengeluh dan malah memendamnya…

Dalam waktu tiga bulan ini.. perasaanku sedikit demi sedikit mulai terbuka dan tenang. Aku sudah tak selabil saat perceraianku. Aku sudah mulai bisa menata pikiranku.

Dan aku sudah sadar, menyesali segala sesuatu itu tak berguna. Terutama ketika hanya bisa menyesal tetapi tak mampu memperbaiki.

Hal yang harus kulakukan adalah memikirkan semua tindakan ku dengan matang. Dengan  memikirkan dampak positif atau negatif dari setiap keputusan yang ku ambil.

Yah, aku harus berubah.. menjadi orang dewasa yang sebenarnya.. tidak kekanak-kanakan lagi.

@@@@@@@@

“Heyy.. apa kau bisa hidup disana seorang diri? .. aku sangat mencemaskan mu noona.. “ kata Key. Dia membantuku mengepak barang-barangku. Memasukkan buku-buku kedalam koper.

“Tentu saja bisa.. jangan menganggapku anak kecil..” sahutku tertawa.

“Ini pertama kalinya kau keluar negeri, ‘kan?” aku bisa melihat wajah cemasnya.

“Ne.. dan aku akan disana paling cepat 2 tahun. Tak usah mencemaskanku..”

“Kalau begitu latih lagi bahasa inggrismu denganku.. kosa katamu masih sedikit dan ah~ pengucapanmu masih buruk! Kau belum siap pergi..”

“Key,.. aku akan lebih mahir daripada kau nanti.. tak usah cemas. Lagipula.. bulan depan aku sudah masuk kampus. Tak usah mencemaskanmu… cemaskan saja penampilan mu di musical besok!” kataku tersenyum padanya.

Dia menghentikan kegiatan membantuku, lalu duduk di tempat tidur. “ah~ aku akan sangat merindukanmu.. honey..”

“Hentikan berbicara menjijikan begitu kalau tak ingin kutinju!”

Dia tertawa dan merebahkan dirinya di kasurku, menatap langit-langit, “Onew-hyung tau tentang hal ini?”

Aku menggeleng, “ Aniya.. lagipula tak ada gunanya memberitahunya. Aku hanya bagian dari masa lalunya. Lebih tepatnya masa lalu yang buruk.. dia pastinya tak ingin bertemu denganku lagi… dia membenciku Key, dan lagi dia sudah bersama dengan Chae Kyeong.. aku tak mau mengganggu mereka..”

“Yaa.. noona, aku berulang kali berkata padamu… jangan mempercayai apa yang kau baca di media… itu hanya kebohongan, sekadar kamuflase. Onew-hyung sama sekali tak menjalin cinta dengan gadis itu..”

“Tapi.. pada kenyataannya dia membenciku. Itu bukan suatu kebohongan… yah, walaupun aku tak mau memberitahunya.. aku tetap akan ke rumah orang tuanya. Berpamitan.. karena aku bisa melanjutkan studi ku lagi juga berkat uang pemberian mereka..”

Kemudian eomma masuk ke kamarku, Key buru-buru bangkit dari tempat tidurku, terlihat sangat gugup.

“Ya Rumi, semua barang-barangmu sudah siap? Sudah kau masukkan semua? Termasuk obat-obatan.. tak ada yang menjadi masalah, ‘kan?” Tanya eomma sambil memandangi Key dingin. Eomma memang belum bisa menyukai Key.. terutama setelah melihatnya menciumku di hari pertama perceraianku dengan Jinki.

“Ne.. eomma.. sudah lengkap.. setelah ini aku akan kerumah eomoni.. berpamitan,” sahutku tersenyum.

“Mau ku antar? Aku juga mau ke kantor dulu sebelum ketempat latihan..” kata Key buru-buru. Terlihat takut dengan eommaku.

“Tentu.. itu yang kuharapkan..” aku lalu bergegas mengambil tas dan mantelku. Mencium singkat pipi eomma, berpamitan. sementara Key membungkuk memberi salam perpisahan.

@@@@@@@@

“Kau tau Key? Setahun yang lalu.. tepat pada tanggal yang sama dengan hari ini.. aku mengetahui kalau aku mengandung.. aku gembira sekali… lebih gembira ketimbang hari ini…” ujarku saat kami berdua saja didalam mobilnya.. menuju rumah orang tua Jinki. Sementara Key hanya diam, fokus pada kemudi.

Aku memandangi langit musim dingin dari jendela mobil Key. Mobil ini berjalan cepat. Begitu juga dengan waktu, aku masih mengingat saat-saat itu. Seakan baru saja terjadi.

Jika ditanya tentang perasaanku pada Jinki.. yah, aku masih sangat mencintainya. Aku masih mengingat masa-masa indah kami saat masih hidup bersama. Aku sangat ingin bertemu dengannya, melihat senyumnya.

Tapi itu tak mungkin. Jinki tak pernah mau bertemu lagi denganku. Aku tau.. dia sangat tersakiti. Sejak aku mengembalikan kalung pemberiannya. Kami tak pernah kontak lagi.

Aku hanya mengetahui kabarnya dari eomonim yang sering mengunjungiku dan dari media masaa. Sementara Key, dia tak pernah bercerita dan menyinggung tentang hyungnya. Selama berbulan-bulan ini, baru hari ini dia menyinggung tentang Jinki.

Aku menatap Key,.. aku sadar perhatiannya selama ini padaku karena dia masih menyukaiku. Walau kami sudah bertekad menjadi sahabat saja. Tapi dari caranya memproteksiku.. aku sadar.. dia masih menginginkanku walau dia berusaha menutupinya.

Dia yang selalu mengunjungiku, tak pernah lupa menelponku sehari saja. Dia selalu berada disampingku walau eomma tidak menyukainya. Yah… aku selalu mencoba berpikir, segala perhatian yang diberikannya padaku adalah wujud kepeduliannya sebagai sahabat. Walau pada kenyataannya, perhatiannya terlalu berlebihan menurutku.

“Hah, aku tidak bisa mengantarmu besok.. kenapa sih kau harus pergi saat penampilan di hari pertamaku di musical…” kesalnya saat kami berhenti dilampu merah.

“Gwenchanayo… tak usah terlalu memikirkanku..” sahutku dan mobil melaju lagi.

“Aku akan mengunjungimu saat musim panas nanti.. yah, disana pasti sedang musim dingin.. tapi tak masalah. Aku akan meminta ijin mulai sekarang..”

“Ne.. kalau kau datang.. jangan datang dengan tangan kosong. Ohya.. aku ingin menitipkan sesuatu padamu” kataku sambil mengeluarkan sebuah kotak kado dari dalam tasku.

“Kalau untuk Onew-hyung.. aku tak mau..” sahutnya sambil melirik tajam padaku.

“Aniya.. ini untuk Taemin. Tahun ini dia akan berusia 20 tahun. Dan aku sangat ingin memberinya hadiah spesial.. ini kubuat sendiri jadi kau harus memberikannya saat ulang tahunnya nanti..”

“Kuraeyo?! Aku tak janji.. ulang tahunnya masih lama… taruh saja di kursi belakang..”

Cih, dasar anak ini. Aku bisa melihat wajah kesalnya dan aku mendiamkannya sepanjang sisa perjalanan kami.

“Yak.. kita sampai.. jangan terlalu lama didalam sana,” katanya sambil membantuku melepaskan sabuk pengaman dan kemudian, mengambil kesempatan untuk menciumku.

“Arghh~ Key.. lepaskan..” aku mendorongnya dan dia hanya tertawa.

“Honey.. tunggu telponku nanti malam..” serunya saat aku keluar dari mobil dan membanting pintunya.

Aku mengacuhkannya dan bergegas menuju gerbang pagar rumah Jinki. Arghh.. Key gila.. sudah berkali-kali dia mencuri cium dari ku. Padahal katanya dulu dia hanya akan menciumku sekali.. tapi nyatanya. Sudah berkali-kali…

Ah.. persahabatan macam apa yang bisa melakukan itu. Pilihan tepat tampaknya aku melanjutkan studi ke Aussie. Paling tidak aku bisa jauh darinya. Walau tentu saja .. pastinya akan sangat merindukannya… sebagai sahabat tentunya. Tak lebih.

To Be ConTinuEd

Kyaaaa~ HAPPY NEW YEAR 2011

NIH FF TER-PUB PAS BANGET KEMBANG API DIKOTAKU PADA MELEDAK…

semoga di tahun ini semua keberuntungan berada dipihak kita.. AMIN..

46 pemikiran pada “Married Idol (chapter 8)

  1. Huaaa………!
    key-ah andwe..! T,T
    biarkan rumi brsama jinki aja!
    kau hanya buatku key-ah!
    *ngarep*

    oon,mnrutku(maaf ni mnrutku ja lo)
    ffx lma kluarnya!
    3hari skali donk onn!
    *ngarep lg*hehehe^^

  2. yah~ rumi mau pergi?!
    pasti jinki sedih deh pas tau rumi mau ke aussie T.T
    Tuh kan~ rumi emg rada2 labil, maka’a jd emosian kaya gtu :p
    Kyyaaa~ KEY!! Knapa jd suka nyosor2 gtu ><
    Janji'a cm 1 kali, knapa jd ketagihan *kurung key di gudang*
    Jalan cerita'a bener2 ga bs k'tebak, aku kira rumi sadar(?) trus mau balik lg sama jinki, eh~ ga taunya -____-
    Poko'a daebak dh~ 😀
    ayo~ semangat nunggu 1 minggu lagi buat baca chapt slanjutnya 🙂
    Oiya~ happy new year all!!!

  3. Ping balik: Saat ini Nurdin Halid masih berada didalam mobilnya yg parkir di GBK karena menolak saat tukang parkir mengatakan "MUNDUR PAK" | The America News

  4. happy new year..
    AkhrN publis jg
    ga sabar nunggu 1 minggu untng skrang pas nengok dah terbt..

    Kasian Onew
    pokokN harus ma Onew
    #ngotok
    key brenti dah ganggu Rumi,pke cium2 lg huhuhu…

    Author jngn lama2 hahaha
    tmbh seru

  5. Key! Astaga! Kenapa begitu bentuknya?
    Pake curi2 cium lagi!
    Hehehe

    Rumi maa enak yaa dicintai dua pria itu!
    Huh, seandainya. . .

    Author, good job!
    Hwaiting yaa~ ^^

  6. onn aq kira rumi beneran jadi stress a.k.a gila kekeke #dicekek
    iya sih beban numpuk di otak hati dan pikiran,,
    onn key endwae, klo berkali2 berarti seringan key yg nyium rumi… -__-‘
    lempar key ma tahu… #alah..

    Onn ff pangeran kodok kpan lanjut.y onn???

  7. Waa c’Key nya nyosor2,.ahaha
    Rumi yg malang,ternyata kmaren ini drimu sdag labil ya Say,?
    Semoga drmah mertuaNya bsa ktemu Jinki..,heuheu
    Happy New Year all ^^

  8. *nangis baca part ini,huhu*
    Onn, napa kagak minho aja di sih?? #plak

    Moga antar rumi, ketemu onew sebelm pergi.
    Pokoke rumi harus sama jinki lagi onn..

    4 ibu jari buat mit onn..
    Happy new year juga ya,

  9. ounni,kren bgt ff’y.. sumph,,aq mkin ng-fans dh ma’ounni..jgn lm2 duonk lnjutn’y.. mudh2n aj rumi’y jd am key.. biar onew am aq aj.. ke-ke-ke-maunya…

  10. keyyyyyyyyyyyy!!!!!!!
    entah kenapa agak nyesek baca part ini, key kau tak kusangka dan tak kuduga *lebe* aaaaaahhhhh kak mit, kembalikan rumi pada onew!! T___T

  11. ternyata eh ternyata….
    key…. dirimu rese juga yah. haha
    udah g sah nyolong2 cium…

    pasti si jinki nyesek tuh. si mitmit tega amat si bikin cerita… keren mit…!!! *hug*
    betewe, tu kardus dibuang gitu aja. ya jelas lah udah g ada…. orang w yang mungut sambil lonjak2…!! *ditepak*
    hahaha

    slamat taun baru juga…!!! ^^

  12. apa2an nih cerita… mestinya kelanjutannya c rumi masuk RSJ bareng sama key… dibunuh ayun ini mah namanya.. eh ayun mah istri yg sabar ye… wkwkwkwk~

  13. udah selesai baca dari part 1 – 8 dan baru kali ini ninggalin jejak komen, mian~ *bow*

    dan saya kembali bercucuran air mata baca part ini 😦 *lebay dikit*
    kenapa jadi cerai deh? kasian onew~

    oh iya, thor boleh kritik dikit ga?
    Onew POV nya kurang deh. jadi dari awal kurang ‘ngerasa’ onew suka juga sama Rumi. mestinya diceritain lebih detail gitu~ kapan onew jatuh cinta sama Rumi~
    segitu aja deh. maap ya readers baru tapi banyak komen :p

  14. huwaaa… pengen nyakar orang aku….
    part ini ngetes kesabaran.. sabar.. sabar..
    hyu.. hyu.. *atur nafas*
    key, aku tahu ini cuma tuntutan peran kan?? kau gak beneran suka kan?? okay.. yeobo, aktinglah yg baik.. ^^, do best..

  15. hiks…
    ko rumi jd janda….????? 😦
    dan lagi ko keeeyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy….??????????????????????????????????

    emang author DAEBAK dech…nie ff ga bsa d tebak ceritanya…. d^0^

  16. aaaaaaaaa key! tak percaya key bisa melakukan itu. Ya Allah Ya Tuhanku rumi boleh tukar posisi gak? seriusan gak bakalan nyianyiain key. /plaaaaak/

  17. penyesalan mmg sering datang terlambat. Rumi,,, sharusnya dri keguguran dia check kejiwaan dia yg ternyata dia tertekan karena keguguran….
    Key,,, genit sumpah kau nak,,, baru juga tiga bulan cerai, malah udah di deketin,,, ck gimana si…
    paling gereget waktu Rumi sm Key ciuman trus ketauan sm emaknya Rumi,,, haa,,,, emaknya kek hantu aja, tiba-tiba muncul, tiba-tiba enggak

*Ayo Comment Dunks ^0^/