Married Idol- Jinki POV (Chap-3)


Main Cast:  Lee Jinki/Onew, Kim Rumi, Han Chae Kyeong, Kim Jonghyun, Kim Keybum, Choi Minho, Lee Taemin.

Genre: Romantis

Rated: PG 16+

Just fanfiction.. sifat Onew disini cuman imajinasi ku doang, jng di masukkan di hati dan berpikir klo Onew seperti di ff ini ya ^^.

 

STORY

Paginya, aku terbangun dan dia masih dalam pelukanku. Aku melihat jam, masih pukul 5 pagi. Cepat-cepat aku melepaskan dia dari pelukanku.

Setelah itu aku memandanginya. Apa dia merasa kalau sepanjang malam dia tidur dalam pelukan ku? Ah, wajahnya saat tidur damai sekali. Aku lalu membelai rambutnya yang hitam itu. Sangat lembut, dia terlihat sangat nyaman entah karena perlakuanku atau memang dia sedang bermimpi indah saat ini.

Aku mendekatkan lagi tubuhku padanya, memberikan kecupan lembut di bibirnya. Lalu aku meraih tangannya dan menciuminya.

”Ayolah Rumi.. bangun! Kau harusnya merasa kalau aku melakukan ini padamu? Kenapa kau tidur lelap sekali sih? Seperti mayat saja..” bisik ku di telinganya tetapi dia tetap terbuai dalam tidurnya. Menyebalkan.

Aku lalu menghempaskan tubuhku di sampingnya. Menatapnya kesal.

”Aisshh~ yeoja babo! Kenapa kau bisa tidur dengan tenangnya padahal di sampingmu ada seorang namja tampan seperti ku!”

Tapi mengomel seperti itu tetap percuma. Dia tetap tak bangun. Ah~ betapa malangnya diriku. Kenapa aku jadi begitu menginginkan yeoja ini? Aku tak mencintainya… tapi aku sangat menginginkannya. Dan tiba-tiba aku mendengar suara.. oh TIDAK. Dia mendesah.. dan suara itu membuatku merinding.

Aku harus tidur.. aku harus tidur… aku harus tidur!

 

++++++++++++++

 

Jelas aku tak bisa tidur walau aku sudah berusaha keras memejamkan mata. Dan saat aku mulai membuka mataku lagi, kulihat yeojaku itu mau bangkit dari pembaringan. Oh~ akhirnya dia bangun juga.

”Mau kemana?” tanyaku menarik tangannya.

”Cuci muka lalu membuat sarapan,” sahutnya.

Aku lalu menarik tangannya lagi. Aku ingin dia disisiku sekarang. Dan dia pun akhirnya menurut dengan tetap duduk disisi ranjang.

”Nanti saja, masih pukul enam pagi. Aku juga belum lapar.”

”Ya sudah. Aku akan tidur lagi,” katanya kali ini sambil membaringkan tubuhnya.

Ah~ aku senang sekali. Lalu kami saling berhadapan, aku menatap matanya. Akhirnya aku bisa melihat dengan jelas mata itu, ada pantulan wajahku dari bola matanya yang hitam. Kumainkan jari-jemarinya sampai akhirnya aku memeluknya dan berbisik lembut ditelinganya, ”Saranghae…”

Aku mungkin belum sepenuhnya jatuh cinta padanya. Tapi aku tak keberatan mengatakan kata-kata cinta padanya kini. Karena aku sudah sangat ingin menjadikan yeoja ini milik ku sepenuhnya…. dan lagi dia istriku. Cepat atau lambat aku juga pastinya akan mencintainya… aku yakin itu.

Tapi tiba-tiba yeojaku itu berkata, ”Jinki-ya, terhitung kali ini, sejujurnya kita baru bertemu tiga kali. Pertama saat kita dijodohkan, kedua kemaren saat kita menikah dan ketiga pagi ini walau semalaman kita bersama. Hm~ menurutku, saat aku menonton perform atau ikut fans sign tidak bisa dihitung karena itu hanya dari aku, kau bahkan tidak memperhatikanku saat itu. Tapi, secepat itukah kau mencintaiku?”

Aku melepaskan pelukanku, sejujurnya aku selalu memperhatikannya setelah aku tau kalau dia yang akan dijodohkan ibuku denganku. Tapi aku rasa aku tak perlu menceritakan hal itu, aku malah berkata, ”Tentu saja aku mencintaimu. Kau istriku kini, apa kau tidak merasakan hal yang sama?”

Dia bangkit dari pembaringannya dan duduk diatas ranjang, masih di sampingku. aku melihatnya merasa tak nyaman. Oh tidak, aku tak ingin dia merasa tak nyaman karena ucapanku yang terlalu terburu-buru itu. Aissh~~ bodohnya aku, walau aku begitu menginginkannya saat ini, harusnya aku lebih bersabar.

”A-aku, jujur… a-aku belum siap dengan ini! Jinki-ya, harusnya kau mencintaiku bukan hanya karena sekarang aku istrimu. Tapi karena aku adalah aku! Aku juga sangat ingin mencintaimu… tapi, bukan hanya karena kau suamiku.. aku ingin mencintaimu seutuhnya. Sekarang diantara kita, aku tidak hanya menggapmu sebagai idola seperti dulu, tapi kau itu pembimbing hidupku. Aku harus tau tentang perasaanmu sesungguhnya, dan sebaliknya. Kita tidak hanya akan hidup bersama dalam beberapa hari tapi akan seterusnya. A-aku sangat takut jika suatu saat kau akan menyesali keputusanmu menikahiku.”

Mwo? Perkataannya terkesan dewasa sekali. Oh~ jadi itu rupanya yang ada dipikirannya. Itu yang dia gelisahkan. Ah~ andai dia tahu, mana mungkin aku menyesali keputusanku menikahinya. Aku justru sangat menginginkannya saat ini. Tapi, tampaknya dia tak menginginkanku. Dari kata-katanya barusan aku tau kalau dia tak memiliki perasaan padaku. Apa aku harus mengatakan perasaanku saat ini sejujurnya padanya ya?

Bagaimana ini? Jika aku mengatakan lagi padanya bahwa aku mencintainya. Dia pasti tak akan percaya. Lagipula, aku tak mau berbohong karena aku memang belum mempunyai perasan cinta padanya. Tapi, ah… aku sangat menginginkannya.

Ah~ otthokae? Dia mulai menangis kini. Ah~ aku bingung. Dan tanpa sengaja aku malah berkata, “Noona.. Mianhae…” saat aku bangkit dari tempat tidur dan akan keluar kamar, karena aku tak sanggup dan yeah sedikit ketakutan melihat wajahnya yang mau menangis itu.

Aku tahu yeojaku itu kaget saat mendengar perkataanku itu. Aku memang tak pernah memanggilnya seperti itu. ah~ aku merasa bersalah sekali terutama saat dia menghadangku untuk keluar dari kamar.

“Kenapa meminta maaf? Kenapa kau berubah-ubah seperti ini? Baru kali ini aku mendengar kau menyebutku dengan sebutan ‘noona’ ! apa ini artinya kau sungguhan menyesal?” katanya tak mau menjauh dari pintu.

“Ne, aku menyesal sudah menyatakan cinta padamu! Puas?”

AIGOO! Kenapa aku bisa berkata seperti itu? terlebih aku membentaknya. Aisshhh~ kenapa aku jadi seperti ini. Dia akan membenciku karena sikapku ini. Dia lalu kembali ke tempat tidur. Membiarkan aku keluar dari kamar.

Sebenarnya aku merasa bersalah sekali. Bukan itu maksudku Rumi. Aku tak bermaksud memarahimu. Cepat-cepat aku keluar dari kamar. Aku akan menelpon Jonghyun sekarang. Aku harus berkonsultasi padanya saat ini. Sebelum yeojaku benar-benar membenciku.

 

+++++++++++

 

”Jonghyun-ah…” kataku berbisik saat dia mengangkat telponnya.

Wow.. Hyung. ini baru pukul berapa? Pagi sekali untuk pengantin baru sepertimu bangun. Bagaimana semalam, sukses?”

Aku menggeleng, ah bodoh! Dia mana mungkin melihat gelenganku, lalu aku menjawab, ”aku belum melakukannnya… dia kelelahan.”

Kalau begitu malam ini harus sukses,” katanya terdengar santai.

”Yaa.. mana bisa sukses kalau tadi aku malah membentaknya, ottokhae?”

Yaa… hyung. aku tak salah dengar ’kan? Sepertinya kau begitu menginginkan yeoja itu? apa yang sudah dia lakukan sampai membuatmu menderita seperti ini?

”Opso.. dia hanya tidur. Dan aku tergila-gila padanya hanya karena itu. otthokae? Karena aku kebingungan dengan perasaanku malah membuatnya ketakutan dan tadi aku membentaknya… ah~ aku menyesal Jjong.”

Ne.. ne.. arasseo,” aku bisa mendengar Jonghyun tertawa saat itu. ”…sekarang, yang perlu hyung lakukan adalah, berbuat baik padanya. Buatkan dia sarapan dan ajak dia berbincang. Setelah itu.. lakukan saja apa yang kau mau..huahahaha~

Aku segera menutup telponku. Menyebalkan sekali, sarannya tampak tak berguna sedikitpun. Terlebih, jelas sekali kalau dia sedang mengejekku.

Ya sudahlah. Ikuti sarannya yang pertama dulu, membuat sarapan. Lagipula perutku sudah lapar.

Aku lalu ke dapur. Membuka kulkas untuk mencari bahan makanan apa yang bisa dimasak. Hah~ aku bingung sekali akan memasak apa. Hanya ada kecambah dan miso. Tapi kemudian saat aku menutup kembali pintu kulkas, aku melihat sebuah note tertempel disana. Dari eomma, bunyinya:

Untuk pengantin baru seperti kalian, eomma menyiapkan khusus bahan-bahan untuk sup kecambah. Itu sangat baik untuk pengantin baru… Jadi makanlah yang lahap dan berikanlah kami cucu secepatnya. ^^

~Hwaiting Jinki-Rumi~

Kyaa~ eomma.. syukur yang menemukan note ini aku, bukannya Rumi. Aishh~ yang benar saja sih eomma ini. (=.=)’

 

+++++++++++

Aku memasak sup kecambah sesuai dengan resep yang sudah eomma catatkan. Aish~ kalau aku tau bakal repot seperti ini, lebih baik Rumi saja yang ku suruh memasak. Tapi saat aku melihatnya tadi di kamar. Dia tidur lagi, aku tak mau menganggunya.

Saat masakanku sudah hampir matang. Aku melihat Rumi masuk ke dapur. Dia masih terlihat kesal. Aduh, aku harus bagaimana ya?

Aku lihat dia duduk di meja makan dengan angkuhnya, sambil meminum teh. Ah~ aku bingung harus menyapanya seperti apa. Aku takut kalau dia marah lagi, mau minta maaf pun aku sungkan. Jadi, ku biarkan saja dia dan tetap fokus dengan masakanku.

Lalu, kudengar dia menyapaku, ”masak apa?”

”Sup kecambah,” jawabku. Masih tak berani menatapnya dan malah mengaduk-aduk sup itu, tindakkan yang percuma karena hal itu justru malah menghancurkan kecambahnya.

”Ow, kupikir kau hanya bisa memasak daging asap. Ternyata bisa yang lain juga,” katanya, aku merasa dia mengejek ku kini.

Kyaa~ yang benar saja. Dia mengejek ku! Aku lalu berbalik dan mengacungkan spatula padanya, ” jangan cerewet. Kau tidak membantu juga!”

Opss! Apa yang tadi kukatakan? Kenapa aku malah memperlakukannya seperti Key yang selalu mengomentari masakanku? Aissh~ babo.. babo. Tampaknya sekarang dia marah lagi padaku. Otthokae?

”Jinki-ya. Jadi rupanya sekarang kau membenciku, ya?!”

Tuh kan, dia marah. Ya sudahlah. Baik, aku akan meladeni amarahnya pagi ini. Mungkin saja dia lagi labil karena sedang datang bulan, biasanya kan yeoja suka begitu klo lagi dapet. Bawaannya marah-marah mulu. Sekali-kali diladeni saja, biar dia tak bertingkah denganku.

Aku lalu menjawabnya, ”Ya! Noona, kau ini aneh sekali? Tadi saat aku bilang kalau aku mencintaimu kau mendebatku. Dan sekarang saat aku dengan suka hati membuatkanmu sarapan dan mengacuhkanmu karena sibuk dengan masakanku, kau bilang kalau aku membencimu. Maumu apa sih sebenarnya?”

Astaga.. tadi aku menyebutnya noona lagi. Aduh.. mulutku.

”Karena aku tidak suka caramu. Kau menjawabku dengan mengacungkan spatula kewajahku! Kau pikir aku anak kecil? Lagipula wajar saja ‘kan kalau aku mendebatmu dengan pernyataan cintamu tadi pagi. Karena aku berpikir kau bohong padaku. Kau mengatakan supaya aku tersentuh dan mau bercinta denganmu,’kan? Kau pikir aku bodoh?”

JDERR… perkataannya barusan benar-benar menusuk ku. Ah~ dia tau kalau pernyataan cintaku tadi agar dia mau bercinta denganku. Ternyata dia bukan yeoja yang polos, sebaliknya malahan aku yang tampaknya kelewat polos.

Ah.. bagaimana ini? Tampaknya lagi-lagi aku bertepuk sebelah tangan. Untuk apa aku menjadi artis kalau ternyata tak ada yeoja yang menginginkanku. Chae Kyeong menolak menikah denganku .. dia lebih memilih sekolahnya dan sekarang, Rumi yang sudah jelas adalah istriku tetapi terlihat membenciku. Ah~ Otthokae?

Aku merasa menjadi namja paling sial. Ku abaikan saja sup kecambah yang mendidih dihadapanku dan menyesali diri. Apa aku terlalu banyak bergaul dengan sesama namja sehingga menjadi kaku di hadapan yeoja? Aku jadi mengingat kedekatanku dengan teman-teman yeojaku. Sebetulnya teman yeojaku banyak kok. Walau yang sangat dekat dan mengerti aku hanya seberapa… tapi, ah ya… di depan mereka aku sering bercanda saja. Tak pernah bicara serius, lebih sering membuat lelucuan garing yang bikin mereka risih… begini deh jadinya, saat bertengkar aku malah kebingungan. Ah~ nanti sekali-kali aku mau ajak Luna atau Yoona bertengkar deh, buat latihan menghadapi Rumi.

Dia lalu mendekatiku. Aku kaget, kupikir untuk apa,  ternyata untuk mematikan kompor, aku lalu bertanya padanya, ” J-jadi sebenarnya kau ini ingin menikah dengan ku atau tidak, sih?”

Aku benar-benar nekad saat bertanya itu. aku sudah tak peduli lagi, setelah ini dia akan marah atau tidak. Yang jelas aku ingin mencurahkan semua perasaanku.

“Bukannya wajar jika aku memintamu melayaniku? Aku ini suamimu sekarang! Kau bertanya padaku, apakah aku menyesal menikah denganmu. Tapi aku malah merasa yang menyesal karena pernikahan ini justru kau. Memang aku melakukan ini karena permintaan orang tuaku. Kau pikir aku tidak takut karirku hancur karena pernikahan diam-diam ini? Aku sangat takut. Asal kau tau, demi pernikahan ini pengorbanan ku sangat banyak. Tapi aku tidak menyesal. Aku tau orang tuaku memilihkan gadis yang baik sebagai istriku dan aku yakin dia akan menerima diriku apa adanya. Kau tau? Aku sangat senang saat bertemu denganmu, aku berusaha menyayangimu. Tapi kenapa kau tidak mengerti?”

Dia terdiam mendengar ucapanku barusan, lalu dia berusaha memelukku. Tapi aku mengelak, aku sudah mulai tegas padanya sekarang. Jika dia memelukku, aku akan melemah dan kebingungan lagi. Tapi kulihat dia mulai menangis lagi, ah otthokae? Aku sangat takut melihat air matanya.. dan tangisan itu karena aku.

”Mianhae.. Jeongmal mianhe, a-aku memang gadis yang buruk. Harusnya aku merasa bahagia karena telah menikah denganmu. Harusnya aku tidak mendebat dan menolakmu. Bukannya aku gadis yang beruntung karena menikah dengan pria yang sangat kupuja. Mianhe, Jinki-ya.”

Setelah itu tangisnya tumpah. Ah~ aku lagi-lagi membuat yeojaku menangis di pagi pertama pernikahan kami. Aku lalu memeluknya, aku merasa bersalah. Aku tak ingin dia menangis.

 

++++++++++

 

Setelah menghabiskan sarapan dan kemudian mencuci piring bersama, aku mulai memberanikan diri mengajaknya bicara lagi.

“Mianhe…” ujarku, “… harusnya aku sadar, hubungan kita menjadi dekat dari perjodohan sampai ke pernikahan hanya dalam waktu satu bulan. Terlalu singkat memang. Aku masih belum terlalu memahami dirimu. Tapi, kupikir kau menyukaiku. Bukannya kau ini fans ku? Ahh~ mungkin kadar narsisku terlalu berlebihan.”

“Sebenarnya member yang paling kusukai itu Taemin-sshi,” sahutnya dengan wajah merona. Aih~ manis, sebenarnya aku tahu sih kalau dia menyukai Taemin dan saat melihat wajah malu-malunya membuatku tak bisa menahan tawa.

“Jadi, kau bohong saat itu?” kataku seakan baru tahu. Hah~ dia gampang sekali ditipu, yeojaku ini menggemaskan sekali.

“Aniya! Aku tidak bilang kalau aku menyukaimu. Aku hanya bilang kalau aku menyukai ‘ontae couple’ hanya itu!” ralat yeojaku itu.

“Hah, bagaimana ini? Kita menikah tanpa memiliki perasaan satu sama lain.” kataku sekadar memastikan perasaannya lagi.

“Mwo? bukannya tadi kau bilang kau mencintaiku?” Rumi bertanya dengan mata melotot dan membuatku teringat dengan ucapanku tadi. Aishh~ babonya diriku…

“Yeah, aku mengatakannya ,tapi…” aku mencoba mencari alasan.

“Jadi, benar kalau kau mengatakannya agar bisa bercinta denganku?” tanyanya masih melotot dan semakin emosi.

Aku pun mencoba berani membela diri, “Ya, kau benar. Tapi tentu saja ‘kan kalau aku meminta ‘itu’? kita harus memberikan cucu untuk orang tuaku!”

“Shiroh! Kau pikir aku sapi?!”

Aigoo~ memangnya apa hubungannya perkataanku tadi dengan sapi? Sapi kan untuk diambil susu dan dagingnya, bukan di suruh membuat anak. Aneh-aneh saja sih Rumi ini mengaitkan kata. Aku lalu berpikir dan kemudian muncul ide ini,  “Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?”

“Mwo? Kesepakatan?” tanyanya.

“Kau masih belum menginginkan anak, baiklah. Aku mengerti. Tapi, walau kau tidak menyukaiku, kita sudah terlanjur menikah. Aku tidak akan menceraikanmu sampai kau yang memintanya. Tapi, sebisa mungkin itu tidak akan terjadi…” kataku memberi solusi.

“Bagaimana kalau tiba-tiba kau jatuh cinta dengan wanita lain?” dia memutus ucapan ku.

“Aku akan membunuh perasaan itu, tapi jika itu terjadi padamu, kau akan kulepaskan. Tapi kumohon, belajarlah mencintaiku mulai sekarang, karena aku juga melakukan hal yang sama. Pikirkanlah aku karena aku akan selalu memikirkanmu!”

“Tapi… bagaimana kalau tidak berhasil?”

Kali ini aku terdiam, untuk jatuh cinta dengan yeoja lain rasanya mustahil. Aku bukan orang yang gampang jatuh cinta, tentang perasaanku dengan Chae Kyeong pun rasanya sudah tak ada lagi selain rasa kesal. Aku sudah menikah dengan Rumi sekarang, aku bersumpah akan menjaganya jadi untuk apa aku memikirkan orang lain kalau dia sudah ada disisiku. Aku rasa pasti aku akan mencintainya, aku yakin itu dan kuharap dia juga bisa belajar mencintaiku… paling tidak menginginkan diriku bersamanya.

Lalu aku tersenyum padanya dan berkata, “Mustahil… aku sangat yakin perasaan itu pasti akan muncul!” Aku lalu memeluknya, “Mungkin hari-hari kedepan akan sangat berat. Tapi, kita harus ingat sumpah kita dihadapan Tuhan. Lalu kita juga harus menjaga perasaan dan membuat orang tua kita bahagia. Kurasa dengan memegang kuat perasaan itu, kita bisa membangun keluarga yang bahagia.”

“Jadi…” dia tak melanjutkan ucapannya.

“Aku tidak akan memintamu melayaniku sampai kau siap. Tapi, kau harus tau kalau aku akan siap kapan saja,” ujarku tersenyum. Aku berharap dia akan siap secepatnya.

“Baiklah.. kau sendiri yang bilang tidak akan memaksaku. Apa perlu perkataan mu tadi ditulis di kertas bermaterai?” dia bertanya sambil memandangku, bola matanya yang bulat mencari-cari mataku.

Aku hanya bisa tertawa mendengar ucapannya, “Kau berlebihan sekali.”

“Yap, tampaknya kesepakatan juga harus ditambah. Kau tidak boleh mencium bibirku lagi, sampai aku yang melakukannya duluan, arachi?”

Aigoo~ yeojaku ini! Ck~ baiklah kalau itu yang dia mau… aku turuti. Aku lalu bertanya, “Yakin? Apa tidak menyesal?”

Dia menggeleng dengan mantap dan tersenyum memamerkan giginya. Yah~ tampaknya eommaku memang harus bersabar untuk mendapatkan cucu. Bukan aku yang tak mau, tapi menantu pilihannya ini yang belum bersedia.

Aku masih memandang Rumi. Ah~ yeojaku ini, entah kapan kami bisa menjadi suami istri yang sebenarnya. Aku berharap semakin hari aku bisa semakin menyukainya dan selalu membuatnya tersenyum bahagia…

 

++++++++

 

Sudah sebulan aku dan Rumi menikah, selama waktu itu aku dan dia hanya bertemu 4 kali, saat aku pulang ke rumah. Kami lebih banyak berhubungan lewat telpon atau pesan singkat seperti saat penjajakan dulu. Ah~ pernikahan macam apa ini. Aku sangat malu mengatakan kalau aku merindukannya jika lewat telpon, saat memanggilnya ’yeobo’ saja member yang lain tak bisa menahan tawanya.

Aku merasa gelisah hidup seperti ini. Aku takut hubungan kami tak berjalan lancar, aku memang merindukannya tapi aku tak tahu ini merupakan bagian dari perasaan cinta yang mulai tumbuh atau karena disebabkan aku terlalu banyak menciumnya. Perasaan ini jelas-jelas berbeda dengan yang ku rasakan dulu dengan Chae Kyeong.

Dengan Chae Kyeong dulu, jika tak berjumpa lama ketika aku bisa melihat senyuman atau memegang tangannya saja aku merasa bahagia. Tapi dengan Rumi lain yang terjadi, aku tak tahan dekat-dekat dengannya. Padahal jelas-jelas aku sangat rindu dia. Tapi aku ingin melampiaskan rindu itu dengan cara yang tidak Rumi inginkan. Dia masih memegang teguh kesepakatan di awal pernikahan, tak ingin melakukan kontak fisik denganku. Padahal saat melihat wajahnya, aku sudah sangat ingin menciumnya… memeluknya. Aisshh~ kenapa aku menjadi mesum seperti ini sih? Rumi pasti akan membenciku jika dia tahu sifat buruk ku yang penuh nafsu ini.

Hari ini sabtu pagi tepat sebulan setelah pernikahanku, aku memutuskan tak pulang ke rumah walau biasanya setiap akhir pekan aku pulang. Selain untuk menghindari Rumi yang selalu membuatku gila, hari ini juga ada schedule di luar kota. Selesai mandi pagi yang terpaksa kulakukan padahal cuaca sangat dingin, aku mendengar Key berbicara dengan seorang yeoja. Hm.. siapa ya? Rasanya ahjumma yang selalu beres-beres dorm suaranya tak seperti ini.

Saat aku ke ruang tengah aku hanya bisa terkejut.

AIGOO~ ngapain Rumi di dorm ku hari ini? Tanpa memberitahu pula akan datang. Ah~ sebisa mungkin aku jangan sampai menatap matanya. Aku tak mau pikiranku melayang kemana-mana apalagi sampai disaksikan member yang lain.

 

+++++++

 

Setelah yeojaku pulang, aku bisa menarik nafas lega.  Semoga dia tak marah padaku karena tidak mengantarnya turun dan malah membiarkan Minho yang mengantarnya.

”Hyung, kenapa tak mengantar Rumi-noona? Dia sepertinya kecewa tadi saat melihat hyung mengabaikannya?” tanya Jonhyun yang masih bermandikan peluh setelah pulang jogging. Dia memakan makanan yang di bawakan Rumi dengan rakusnya. ”Masakan istri hyung enak juga…”

”Yaa… Jjong! Jangan kau habiskan!” seruku menghampirinya yang berdiri di samping meja makan dan mengambil makanan buatan Rumi. ”A-aku tak mengabaikannya.. hanya saja…”

”Hm? Wae? Katakan saja padaku. Mumpung yang lain tak ada disini..ayo cerita..” bujuk Jonghyun.

”Sebenarnya…”

Aku belum sempat melanjutkan ucapanku karena aku mendengar suara pintu luar terbuka dan Minho masuk dari sana. Aku segera menghampirinya.

”Kau mengantar Rumi sampai mana?” tanyaku mencegat Minho saat mau masuk kamar.

”Hanya sampai bawah,” sahut Minho malas.

”Yaa! Kenapa wajahmu itu? kau tak bertengkar dengan istriku ’kan?”

”Sebelum aku menjawab pertanyaan hyung, aku mau tahu.. apakah Hyung bahagia menikah dengannya?”

Aku kebingungan menjawab pertanyaan Minho. ”A-aku…Yaa! kenapa malah balik nanya?”

”Selama dia disini tadi, aku tak melihat hyung menatapnya. Malah merasa gelisah. Wae? Dia istrimu ’kan? Tapi kenapa hyung malah terkesan ketakutan saat dia disini?” cecar Minho.

”K-kau.. memperhatikan sampai sebegitunya..” ujarku gugup.

”Ne.. aku hanya ingin memastikan yeoja itu yeoja baik. Bisa membahagiakan hyung dan tak membuat hyung terbebani… tapi, aku malah merasa kalau dia…”

Aku memutus perkataan Minho. ”Cukup bicaramu! Aku tak ingin mendengar kau menjelek-jelekan istriku. Apapun sifatnya aku sudah menerimanya… seperti dia yang menerima pernikahan diam-diam ini. Kau jangan khawatir dengan kebahagiaanku. Aku sudah mendapatkannya…”

”Ta-tapi hyung…”

”Sudahlah Minho, ” sahutku. ”aku tahu kau sangat peduli padaku. Sebelum aku menikah, aku selalu menceritakan masalahku… tapi untuk urusanku dengan istriku. Cukup hanya aku yang tahu. Yang jelas kegelisahanku ini dikarenakan diriku sendiri…”

”Hyung.. ” Minho menunduk. ”.. kuharap kegelisahan mu itu bukan karena Chae Kyeong.”

”Hah.. tak ada hubungannya sedikitpun kok, tenang saja.”

Jonghyun kemudian berdiri ditengah-tengah kami dan memegang pundak ku dan Minho. ”Hey.. sudahlah Minho. Aku tahu kau sangat mencemaskan Onew-hyung. tapi untuk urusan pernikahannya, kita adalah orang luar yang tak berpengalaman sedikit pun. Kau jangan memaksanya menceritakan masalahnya.. kau tahu kan kita bersahabat lebih dekat daripada saudara. Cukup hanya percaya dengan itu maka, kita hanya bisa menunggu sampai hyung siap menceritakan masalahnya dengan istrinya. Kau jangan memaksanya untuk cerita apalagi berusaha ikut campur. Pernikahan itu lebih rumit dari apapun karena menyangkut 2 hati.. kau dan aku belum pernah mengalaminya jadi.. kita hanya bisa melihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya antar hyung dengan istrinya. Kau mengerti maksudku ’kan?”

Minho mengangguk. Jonghyun tersenyum dan kemudian berkata padaku, ”.. seperti yang kau bilang pada Minho tadi. Rumi-noona menerima pernikahan diam-diam bersamamu… jadi berikanlah dia kebahagiaan dengan memperhatikannya. Jangan sedingin tadi.. okey?’

”Ne.. gomawo Jonghyun-ah..” kataku memeluknya.

”Yaa! Apa yang kalian lakukan? Cepat bereskan barang-barang kalian! 15 menit lagi kita berangkat!” seru manager mengagetkan kami bertiga lalu bergegas bersiap-siap.

 

TO BE CONTINUED

 

***** Okey, please give ur comment n like this post ^^. komen readers seperti senyum Onew bagi author hahah~ */plak* ngegombal >,<

 

44 pemikiran pada “Married Idol- Jinki POV (Chap-3)

  1. Yeyy~~^^
    akhirnya publish jg!!

    adegan sup kecambah lucu,ommanya jinki ada2 aja!~~^^

    oo~~ gitu tho!!
    ternyata habis nganterin rumi pulang,
    minho debat dulu ma onew!!
    Hmm keren!
    lanjutkan onnie~ah!

  2. kyaaa … pub jg ni ff 🙂
    kirain bakalan lama, soalnya MI kn barusan ending .
    si nyunyu mupeng bgt sih ckckc ….
    good job onn ^^
    lanjutttt ~

  3. Mit…seneng bgt keluar MI onew pov part3nya,,,,seru bgt seperti biasa,,hehhehe,,,ahhh onew klo rumi g mau sama noona aja yuk sini *plak*…hhahahaha,,,dtggu mit next chapt n FF barunya,,,GOOD JOB 🙂

  4. kyaa onew oppa ada2 aja nih!!
    mulai ketularan sma jjong oppa kyanya haha..

    eonn publishnya jangan lama2 dong..
    seminggu sekali gitu kalo bisa,, abis seru banget si
    seneng ngeliat isi otaknya onew! *halah! haha

  5. Lama ga di publish, kirain otak author bener2 buntu buat ngelanjutin married idol jinki pov..
    Onew kok jadi ketularan jjong, jd narsis n yadong…

  6. eonni..salam kenal yaa..
    ff’a bagus banget..gag sabar nii nunggu” lanjutan JInki PoV..
    gag akan buntu di tengah” gini kan eon.. 😦
    Hwaiting eonni..!!!
    buat lanjutin Jinki POV’a ama bwt pnelitiannya juga..
    🙂

  7. ah~~~ berasa lebih tau tentang onew. wkwkwk
    onew kamu itu udah cinta ma rumi jadi jangan pikirin chae kyeong lagi ya…
    minho so sweet banget sih segitu perduli dengan hyung2 dan maknaenya. hehehe 🙂
    lanjut lanjut lanjut>>>
    ditunggu lanjutannya^^

  8. mitaaaa
    nangis darahh ni akuu nunggu klanjutan ff kmuuu
    seddiih bngettt dahhh
    tiap hri aku mampir k page ini cma bwat liad apa ud kluar ato blumm

    plisss,,,
    ayo kluarin mita sayanggg
    kngen On_Mi niiihh
    *hahahh bkin singkatan sndri

    smngat yaaa bwattt kmu dan diyaaa
    akuu suka klian brdua
    *suka ff nya mksudnya
    hehehhehe

    eh yayyy
    slam knal aku lena
    moga bisa jdi tmennn

  9. Hahaha minhoooo ternyata itu toh yang buat dia bilang gitu ke Rumi

    Onnie, lanjutannya doooong. Jangan gantungi readers muuu ;A;

Tinggalkan Balasan ke Wunie Batalkan balasan